CARITAU SIDOARJO – Awan mendung yang menggelayut di langit Dusun Bendet, Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, serta jarum jam yang telah menunjuk angka empat membuat Achmad Arga Aria (13) menyegerakan diri memandikan sang adik Sania yang baru berusia 2 tahun.
Setelah itu sembari menunggu ayahnya Andi Suprianto (36) dan ibunya Noer Badriyah (28) pulang kerja, siswa kelas 7 MTSN 2 Sidoarjo ini mengerjakan tugas-tugas sekolah melalui gadget.
Baca Juga: Jadikan Udara Sehat, Pemprov DKI Gandeng Astra Gelar Uji Emisi Kendaraan Pelanggan
Pada hari lain jika tak ada tugas sekolah, Arga setelah memandikan Sania biasanya memiih menghabiskan waktu sore di Gubuk Bacaan Kampung Lali Gadget (KLG) yang berada di sebelah rumahnya di Dusun Bendet RT 02 RW 03 Desa Pagerngumbuk.
Kebiasaan baru Arga memandikan Sania dipuji ayahnya Andi Suprianto yang berprofesi tukang bangunan.
“Tugas memandikan adik itu atas inisiatif Arga sendiri, alasan dia membantu meringankan neneknya yang sudah membersihkan rumah,” kata Andi Suprianto yang ditemui saat ngemong Sania di areal KLG sepulang kerja pada Senin (27/12/2021).
Kesehariannya Arga dan Sania memang di rumah bersama nenek, sementara Andi dan isterinya Noer Badriyah yang berprofesi penjahit baru akan sampai rumah sore hari.
Menurut Andi, sejak tiga tahun lalu berdiri KLG, perilaku Arga yang sebelumnya selalu menghabiskan waktu bermain gadget dan kini lebih sering bermain di KLG berubah menjadi lebih positif.
KLG sendiri merupakan kawasan yang terdiri dari padepokan, Gubuk Kebon Gayem dan Gubuk Bacaan, plus areal sawah, kebun dan lapangan, yang ramah anak dengan banyak permainan tradisional serta tempat bacaan yang diinisiasi tetangganya Achmad Irfandi (29).
“Arga menjadi lebih bertanggung jawab, gampang kalau disuruh, bahkan lebih peka dengan sekitar, contohnya inisiatif memandikan adiknya tadi,” kata Andi.
Bahkan Arga yang dulu lebih suka menyendiri asyik memegang gadget untuk bermain game, kini dia berubah menjadi banyak teman dan termasuk menonjol.
“Di kelompok teman bermainnya, Arga selalu bikin lelucon sehingga banyak disukai,” papar Andi bangga.
Ingin Jadi Ustaz Lucu
Arga yang berada di sebelah ayahnya dengan lucu mengangguk-angguk tanda setuju. Siswa penyuka pelajaran biologi dan seni budaya keterampilan, serta selalu masuk rangking 10 besar di kelas itu mengaku, kini lebih memilih bermain di KLG, ketimbang bermain hape.
“Saya buka hape kalau pas membuat tugas sekolah online. Kalau mau main ya mending bersama teman- teman di KLG. Tinggal pilih mau main apa? Ada gobak sodor, petak umpet, kelompen, geret gedebok (batang pisang), egrang, pokoknya asyik semua di KLG-nya mas Achmad,” katanya ceria.
Dengan penuh percaya diri, Arga juga mengatakan kalau dirinya memang suka bikin joke-joke yang membuat teman-temannya senang.
“Saya suka bikin orang lain tertawa. Makanya cita-cita saya kelak ingin jadi ustaz yang ceramahnya lucu. Jadi bisa menyebarkan ilmu agama, sekaligus membuat orang tertawa senang,” kata penyuka permainan egrang ini bersemangat.
Raih Satu Indonesia Award 2021
Saat pandemi Covid-19 tinggi dan ketat membatasi gerak di luar rumah, kondisi itu tak lantas mendorong Arga kembali tenggelam dengan hape.
Guna membuang jenuh, Arga bersama 10 teman kelompok bermainnya di KLG membuat bangunan yang mirip gubuk bacaan berukuran kecil dengan bahan seadanya.
Hal itu membuat tercengang Achmad Irfandi pendiriKLG.
“Saya kaget tapi juga salut. Sama sekali tidak menyangka anak-anak itu sangat kreatif. Meski bosan dan jenuh karena pandemi, mereka tetap bisa membagi waktunya menggunakan hape untuk belajar dan bersosialisasi dengan teman-teman sekaligus berkreasi,” kata Achmad yang selama ini membimbing Arga dan teman-temannya.
Meski ‘bangunan’ gubug bacaan Arga cs sangatlah sederhana, namun banyak warga yang ternyata memberi acungan jempol atas ide kreatif Arga dan kawan-kawan.
“Ini benar-benar di luar ekspektasi dan saya bangga dengan mereka,” kata Achmad yang baru saja terpilih sebagai Penerima Apresiasi 12th: Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2021 untuk bidang pendidikan yang digelar PT Astra International Tbk.
Kegelisahan Para Orang Tua
Jika melihat hasil karya Arga dan anak-anak di KLG, terbersit kelegaan dalam hati Achmad bahwa apa yang dipikirkan dan diperjuangkannya dengan membangun Kampung Lali Gadget akhirnya terwujud, yakni agar anak-anak tidak kecanduan gadget dan bisa mengembangkan potensi diri dengan cara yang menyenangkan seperti bermain di alam dan bersosialisasi.
Kelegaan yang dirasakan pemuda kelahiran Sidoarjo 12 Mei 1993 itu, mampu sedikit menyirami kegundahannya dulu jika melihat anak-anak masa kini menjadi korban teknologi gadget. Bahkan kengeriannya jika anak-anak itu lebih cepat dewasa akibat mengonsumsi konten dewasa yang berseliweran di medsos tanpa filter.
Kepekaan sosial alumnus S2 Universitas Negeri Surabaya jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia itu terhadap sekitar tertempa, karena dirinya mengikuti gerakan pramuka sejak SMP hingga lulus sarjana.
“Pramuka mengajarkan kita menjadi pribadi yang bisa berbuat lebih baik dan hidup pantang menyerah, serta belajar sesuatu secara langsung dengan paradigma bahwa pendidikan itu berkolaborasi dan bukan berkompetisi,” kata putra pasangan Khoiril Anam dan Siti Mas’udah ini.
Dalam perenungannya, Achmad teringat masa kecilnya yang banyak dihabiskan bermain di alam desa seperti sungai, sawah dan lumpur, meski orang tuanya saat itu justru beranggapan belajar adalah hal utama sementara bermain bukanlah sesuatu yang penting.
“Kondisi tersebut tentu tidak adil bagi anak-anak. Bermain dibatasi sementara di satu sisi ada candu gadget yang membuat mereka asyik dengan diri sendiri dan tak bersosialisasi. Kedua fakta ini, mendorong saya untuk membuat kegiatan bermain yang menyenangkan bagi anak-anak tanpa melibatkan gadget,” katanya
Kegiatan awal pada Maret 2018 yang digelar Achmad sebagai pancingan di dusun dan desanya adalah menggelar lomba bercerita, kemudian dari kisah yang diceritakan dibuat lomba mewarna dan menggambar. Lomba yang ternyata disambut gembira dan antusias peserta yang berjumlah 60 anak-anak.
Keceriaan para peserta saat itu segera mengobati kelelahan yang dirasakan Achmad saat menyiapkan konsep dan segala sesuatunya. Maklum saja, tidak semua warga desa menyambut idenya.
“Saya memahami kehidupan desa tidak gampang dalam menerima setiap perubahan dan saya memahami konsekuensinya,” imbuhnya.
Lomba Dolanan Tanpa Gadget
Pantang menyerah dan tak mau menunggu terlalu lama, Pemuda Pelopor Tingkat Provinsi Jatim tahun 2020 ini menggelar event kedua pada 1 April 2018 dengan berbagai dolanan anak seperti lomba kelereng, lomba layang-layang, serta lomba menangkap ikan.
“Event ini saya beri label ‘dolanan tanpa gadget’. Dan tidak disangka dari flyer yang saya sebar, banyak sekali respon datang dari luar desa, terutama para orang tua yang ingin menyumbang kegiatan tersebut. Ternyata kegelisahan akan kondisi anak yang kecanduan hape juga dirasakan banyak orang tua,” kata Achmad sembari tertawa senang.
Alhasil peserta membludak hingga 400 anak yang bahkan datang dari berbagai kabupaten selain Sidoarjo, yakni Surabaya, Gresik dan Mojokerto.
“Anak-anak yang datang sangat antusias mengikuti setiap permainan. Dan favorit mereka saat itu adalah menangkap ikan di air maupun di lumpur,” katanya.
Kegembiraan bermain tersebut membuat anak-anak dan para orang tua tak sabar menunggu event selanjutnya.
Pada event ketiga yang digelar 11 Mei 2018 Achmad sudah dibantu beberapa komunitas peduli anak dan inilah cikal bakal lahirnya Kampung Lali Gadget.
“Dibantu banyak komunitas yang peduli anak-anak di Sidoarjo, Kampung Lali Gadget dilahirkan dengan semangat membawa perubahan postif bagi anak-anak melalui edukasi inovatif di sebuah areal bermain yang ramah anak,” papar sulung tiga bersaudara ini.
Achmad menegaskan Kampung Lali Gadget bukan sebuah program yang menjauhkan anak-anak dari gawai, namun lebih sebagai upaya mengimbangi penggunaan gawai dengan permainan tradisional.
“Kampung Lali Gadget sudah menggelar sembilan kegiatan besar setiap dua-tiga bulan sekali. Belum termasuk kegiatan roadshow mingguan hingga proyek dari mitra lembaga,” katanya.
Event paling mutakhir yang digelar Minggu (25/12/2021) adalah Elingpedia, kegiatan yang melombakan berbagai permainan tradisional dan diikuti lebih banyak lagi anak-anak.
Lomba tradisional yang digelar mulai dari patil lele, egrang, bakiak raksasa, engkle, sumpitan, petak umpet, gobak sodor, plaseran menari, panahan, kelereng, layangan aduan, layangan hias, telepon kaleng, ketapel, tangkap ikan, perahu daun, gelembung raksasa, terompet daun, hingga uncal sarung.
“Ini program tahunan KLG yang paling ditunggu-tunggu anak-anak. Nama Elingpedia plesetan dari lomba Olimpiade,” kata Achmad tertawa.
Embrio Desa Wisata Edukasi
Sejatinya nama Kampung Lali Gadget sudah diimpikan menjadi embrio desa wisata edukasi, apalagi sudah semakin banyak grup relawan dari berbagai elemen pemuda Sidoarjo yang ikut berkolaborasi.
Bahkan yang menggembirakan, berbagai event lomba tradisional yang digelar KLG ternyata juga berdampak ekonomi bagi para UMKM setempat.
“Setiap ada event, pedagang minumam dan jajanan bisa mendapatkan omzet ratusan ribu rupiah. Bahkan ada dampak yang dirasakan tukang las di kawasan Wonoayu Sukodono,” papar Achmad.
Tukang las mendapat berkah karena harus ikut membuat berbagai plang nama KLG yang kini banyak dicari para orang tua melalui google map.
“
Itulah yang kami harapkan, kehadiran KLG memberi banyak manfaat bagi warga sekitarnya,” kata Achmad.
Ekspektasi Besar Para Orang Tua
Sebagai suatu inovasi yang tidak lahir dari pemerintah dan anggaran besar, kini KLG mampu menjadi role model program yang berdampak besar di masyarakat. Banyak yang kemudian teredukasi bahwa ada potensi kekuatan masyarakat dan kearifan lokal desa yang mampu melejit, meskipun tidak didukung dengan anggaran besar.
Selain itu, karakter masyarakat desa yaitu gotong-royong menjadi prinsip dasar yang selalu dipegang teguh KLG.
Jika masyarakat biasanya terkotak pikirannya hanya pada konsep bekerja dan digaji , maka konsep gotong-royong bisa menjadi jawaban permasalahan finansial atau dana dalam pengadaan berbagai fasiitas penting bagi masyarakat.
KLG juga mencoba mendidik masyarakat agar selalu kreatif dan berpikir out of the box, bahwa konsep peningkatan perekonomian bisa dilakukan melalui desa wisata.
Jika dulu Dusun Bendet dikenal sebagai wilayah yang terbelakang, langganan banjir dan menjadi bahan perundungan masyarakat luar, kini telah menjelma menjadi kawasan yang diperhitungkan banyak orang, termasuk menjadi jujugan kunjungan rekreatif masyarakat umum dan utamanya anak-anak bersama orang tua mereka.
“Sekarang ini sudah ada lima desa lain yang mengembangkan konsep KLG sebagai Pusat Ekonomi Kreatif Desa, yakni Desa Cangkringan , Desa Krembung, Desa Balangbendo Sidoarjo, kemudian Desa Jatiurip Probolinggo dan Desa Keratin Krian,” papar Achmad.
Kini hal yang menjadi kegelisahan Achmad tak lain ekspektasi yang besar dari para orang tua agar dia lebih membesarkan KLG sehingga bisa menampung lebih banyak anak-anak. Banyak orang tua yang datang menemuinya, atau menelepon karena mereka tinggal jauh di luar kabupaten yang berharap agar fasilitas KLG diperlengkap.
Achmad mengaku merasa sangat dihargai atas permintaan dan masukan dari para orang tua.
“Saya yakin pasti ada jalan buat harapan mereka dan saya bakal terus membangun jejaring untuk berkolaborasi agar semakin banyak SDM yang mendampingi anak-anak di KLG. Karena saya sejak awal memang berpinsip bahwa pendidikan itu berkolaborasi dan bukan berkompetisi,” pungkas Achmad.(HAP)
kampung lali gadget pt astra international tbk satu indonesia awards 2021
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024