CARITAU MAKASSAR – Kasus diabetes melitus (DM) di Indonesia mengalami peningkatan hingga 70 kali lipat.
Khusus di Provinsi Sulsel, berdasarkan data Dinas Kesehatan setempat jumlah penderita penyakit yang muncul akibat gaya hidup tidak sehat sehingga menyebabkan akumulasi menumpuknya kadar gula dalam darah dan berada di atas ambang batas normal yang bersifat kronis dan jangka panjang itu di tahun 2022 tercatat sebanyak 54.007 orang.
Padahal di tahun sebelumnya (2021) jumlah kasus DM di Sulsel tercatat sebanyak 41.497. Artinya, dalam setahun (2021 ke 2022) di Sulsel terjadi peningkatan sebanyak 12.510 kasus DM.
"Jumlah kasus diabetes meningkat terus. Menurut PASDI, berdasarkan screening itu kasus-kasus ini mungkin karena semua makanan dan minuman sekarang itu banyak yang manis-manis. Apalagi kayak minuman boba-boba atau makanan lainnya. Selain itu mungkin karena dan kurang olahraga juga," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel, Rosmini Pandin beberapa waktu lalu.
Rosmini mengungkap bahwa di tahun 2021, Kabupaten Pinrang menjadi daerah di Provinsi Sulsel dengan jumlah kasus DM terbanyak dengan jumlah 7.018 kasus. Sementara daerah dengan jumlah kasus DM terendah yaitu Kota Parepare dengan jumlah 404 Kasus.
Sedangkan di tahun 2022, Kota Makassar menjadi daerah di Provinsi Sulsel dengan jumlah kasus DM terbanyak, yakni 11.619 kasus. Sementara Kabupaten Jeneponto menjadi daerah dengan jumlah kasus DM terendah, dengan jumlah 404 kasus.
Olehnya itu, Rosmini menghimbau masyarakat untuk menerapkan gaya hidup sehat sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit DM.
"Karena ancaman kematiannya (akibat DM) sangat besar. Apalagi kalau dia sudah hipertensi sehingga harus minum obat terus, jadinya ginjal. Kalau sudah cuci darah, yah sudah terus-menerus akan cuci darah. Ada yang dua kali rata rata tiga kali terus menerus sampai mati," ujarnya.
"Bukan diabetesnya yang kasih meninggal, tetapi rata-rata komplikasi. Karena kalau diabetes itu kan dia mudah hipertensi dan mudah sakit ginjal, maka itu lah dia
meninggal karena komplikasinya dan mudah stroke," jelasnya.
Selain itu, Rosmini juga mengingatkan masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam hal memilih jenis makanan dan minuman, serta senantiasa memeriksa kadar gula dalam darah.
"Jadi kadar gula dalam darah itu kalau bisa senantiasa dicek. Ada namanya HBA1C untuk melihat apakah dia itu sudah DM atau free atau tidak. Jadi intinya periksa laboratorium. Jadi memang sekarang harus dimulai dari diri sendiri, kemudian masyarakat diingatkan untuk menjaga memilih makanan dan minuman yang tidak berlebihan sesuai dengan dosis," tuturnya.
"Jadi diusahakan mari kita menjaga diet kita. Diet yang sehat, banyak-banyak makan makanan non gula dan banyak aktivitas fisik. Minimal 30 menit tiap hari atau minimal 10.000 langkah per hari menurut Pak Gubernur Andi Sudirman Sulaiman," sambungnya.
Perihal penanganan masyarakat yang menderita DM, Rosmini mengatakan, hal itu dapat dilakukan dengan obat-obatan dan aktivitas fisik.
"Kalau obatnya kan tersedia di Puskesmas dan di RS. Tapi kan sekali DM tetap DM, tidak bisa sembuh lagi. Penanganan DM itu ada beberapa langkah. Ada yang
melalui skrining, yaitu diperiksa secara skrining atau deteksi dini, dan ada yang memang sudah didapat di rumah sakit karena memang sakit, kemudian yang lagi berobat," jelasnya. (KEK)
Luhut: Presiden dan Elon Musk akan Resmikan Layana...
Lomba Kompetensi Siswa SMK se Jawa Barat
Komunitas Pers Tolak Draf RUU Penyiaran, Mengekang...
Kantongi Laba Rp1,1 Triliun, PAM Jaya Rekrut Calon...
BPJS Kesehatan Ungkap Tak Ada Narasi Penghapusan K...