CARITAU MAKASSAR - Jemaah An-Nadzir Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel) menetapkan 1 Ramadan 1445 Hijriah pada Minggu (10/3/2024). Namun mereka memulai puasa pada Senin (11/3/2024).
Pimpinan Jemaah An-Nadzir, Al Ustadz HM Samiruddin Pademmui mengatakan, jemaah An-Nadzir mulai puasa pada hari Ahad, 10 Maret 2024 M dengan niat menyambut datangnya Ramadan 1445 H.
"Artinya, kita dalam keadaan berpuasa kemudian Ramadan masuk yang ditandai dengan terjadinya pergantian bulan/new moon/konjumgsi dari bulan Sya’ban ke Ramadhan 1445 H. Namun niat puasa 1 Ramadan penuh terhitung mulai pada hari Senin, 11 Maret 2024 M," katanya saat ditemui awak media, Sabtu (8/3/2024).
Ia mengatakan, jemaah An-Nadzir memiliki ilmu metodologi dan tata cara sendiri dalam memantau dan menetapkan 1 Ramadhan, 1 Syawal dan 10 Zulhijjah.
"Ilmu metodologi ini merupakan hasil pengajaran dari Guru dan Imam KH Syamsuri Abdul Madjid. Yang kemudian beliau menjamin kebenaran ilmu ini dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah,'' ucapnya.
Berdasarkan hasil pemantauan bulan yang dilakukan oleh Jemaah An-Nadzir beberapa bulan terakhir ini. Di mana pemantauan bulan dimulai dengan mengamati tiga bulan purnama 14, 15, dan 16 Sya’ban 1445 H / 2024 M yang secara berurutan bertepatan dengan tanggal 23, 24, dan 25 Februari 2024 sesuai dengan kriterianya masing-masing.
"Setelah menetapkan tiga purnama pada pertengan bulan Sya’ban, seterusnya menghitung perjalanan bulan, maka didapatkan 27, 28, dan 29 Sya’ban 1445 H, bertepatan dengan tanggal 7, 8, dan 9 Maret 2024 M, sambil memperhatikan jam terbitnya bulan di ufuk Timur, baik saat fajar kazib, fajar siddiq dan pagi hari, maupun melihat bayangan bulan bersusun dengan menggunakan kain tipis hitam,'' ujarnya.
Kemudian, lanjut dia, jemaah An-Nadzir juga menggunakan alat bantu teknologi aplikasi melalui Hendphon yang sudah diteliti beberapa tahun terakhir, yang akurasi datanya sangat mendukung dan memudahkan kita untuk menentukan waktu atau jam terjadinya pergantian/new moon/kongjungsi dari bulan Sya’ban ke Ramadhan 1445 H.
"Ini juga diikuti oleh fenomena alam, seperti adanya hujan, angin kencang, petir dan pasang puncak (kondak) air laut,' lanjutnya.
Yang perlu dipahami, kata dia, selama bulan masih duluan terbit di ufuk Timur daripada matahari, itu artinya masih bulan tua. Namun sebaliknya jika matahari sudah duluan terbit di ufuk Timur daripada bulan maka yakinlah bahwa itu sudah bulan baru atau hilal.
Kemudian sebaliknya di ufuk Barat, manakala bulan lebih duluan tenggelam daripada matahari, itu artinya masih bulan tua, namun jika di ufuk Barat matahari sudah duluan tenggelam daripada bulan, maka itu berarti sudah bulan baru atau hilal, bisa nampak di atas ufuk dan bisa juga tidak nampak karena di bawah ufuk dimana tempat kita berada.
"Pada hari Ahad, 10 Maret 2024, akhir bulan Sya’ban 1445 H, terbit di ufuk Timur sekitar jam 05.49 WITA, sementara matahari terbit jam 06.07 WITA, meskipun sudah sulit dilihat secara kasat mata, sebagaimana sulitnya melihat hilal. Perjalanan akhir bulan Sya’ban sudah tidak sampai lagi ke Barat. Artinya, pada hari ahad tersebut sudah terjadi pergantian/new moon/konjungsi dari bulan Sya’ban ke Ramadhan, yang terjadi sekitar jam 17.02 WITA (sore hari)," tandasnya. (KEK)
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024