CARITAU JAKARA – Indonesia menyimpan salah satu jenis harta karun terbesar kedua di dunia yakni energi panas bumi yang mencapai 23,7 Giga Watt (GW) dan baru termanfaatkan 9%.

Panas bumi termasuk energi terbarukan di mana biaya pembangkitannya jauh lebih murah dari pembangkitan beberapa energi fosil. Tercatat hingga akhir 2020, Amerika Serikat (AS) menduduki peringkat pertama yakni mencapai 30 GW. 

"Dengan sumber daya panas bumi sangat besar yaitu 23,7 GW, pemanfaatannya baru sebesar 2,17 GW  atau hanya sekitar 9% dari total potensi yang ada," ujar Harris, Direktur Panas Bumi Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, dikutip dari laman resmi Dewan Energi Nasional.

Menurut Harris, Indonesia memiliki 357 titik sumber panas bumi. 

"Memang benar, ini harta karun nomor dua terbesar di dunia. Dan di Indonesia ada 357 titik lokasi potensi panas bumi," ungkapnya.

Pemerintah akan melakukan program Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE) untuk meningkatkan cadangan panas bumi di tanah air. 

Saat ini sudah ada potensi panas bumi sebesar 1.620 MW yang belum di ekploitasi dari wilayah kerja panas bumi (WKP) meski sudah dilakukan eksplorasi.

"Ada 21 WKP yang sudah dieksplorasi tapi belum eksploitasi dan potensinya 1.620 MW," ungkapnya.

Sejauh ini, pemanfaatan sumber daya panas bumi baru dikelola oleh pemerintah menjadi sumber energi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dengan jumlah pemanfaatan hingga akhir 2020 baru mencapai 2.130,7 MW.

Sementara anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha mengungkapkan, 40% cadangan panas bumi dunia terdapat di Indonesia yang terletak di jalur cincin api atau dikenal dengan ‘Ring of Fire’.

"Indonesia itu second largest setelah AS dari sisi cadangan geothermal. Dulu kalah dengan Filipina, sekarang lebih tinggi sedikit, bisa dibilang 40% cadangan geothermal dunia ada di Indonesia> kita harap geothermal tumbuh," ungkap Yudha seperti dikutip CNBC, Selasa (2/1/2022).

Yudha menambahkan, kapasitas terpasang PTLP di tanah air diharapkan bisa lebih optimal dengan adanya cadangan panas bumi yang besar ini. (GIB)