CARITAU LONDON – Beberapa pekan terakhir perang urat syaraf antara Rusia dan Ukraina semakin memanas. Kedua negara mengklaim sama-sama siap menghadapi serangan jika salah satu dari mereka memulai perang.
Ukraina sejauh ini mendapat dukungan dari negara-negara eropa yang tergabung dalam NATO, termasuk negara adidaya Amerika Serikat. Selain itu, Inggris juga secara terang-terangan memberikan ultimatum kepada Rusia jika memutuskan menyerang Ukraina.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan sanksi dan tindakan lain akan siap diberikan untuk Rusia jika terjadi serangan ke Ukraina. Pemerintah Inggris, kata Johnson, akan meminta parlemen untuk memberikan sanksi terhadap individu maupun perusahaan milik Rusia di negara mereka.
Dikutip dari The Times, secara militer, Johnson mengungkapkan Inggris sedang mempertimbangkan untuk memberika bantuan buat Ukraina dengan mengerahkan pesawat tempur Angkatan Udara Kerajaan Typhoon dan kapal perang Angkatan Laut Kerajaan untuk melindungi Eropa Tenggara.
"Sanksi Inggris dan tindakan lainnya akan siap untuk setiap serangan baru Rusia," tulis Johnson, dilansir Antara, Selasa (8/2/2022).
Johnson juga mengatakan Menteri Pertahanan Ben Wallace dan Menteri Luar Negeri Liz Truss akan segera melakukan perjalanan ke Moskow.
"Pemerintah akan meminta kekuatan baru kepada parlemen untuk memberikan sanksi yang lebih luas kepada individu dan entitas Rusia, termasuk perusahaan mana pun yang terkait dengan negara Rusia atau beroperasi di sektor strategis yang penting bagi Kremlin," tulisnya.
Komentar Johnson muncul ketika para pejabat di Amerika Serikat mengatakan serangan oleh Rusia di Ukraina dapat terjadi dalam beberapa hari ke depan.
Rusia telah mengumpulkan sekitar 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina, tetapi menyangkal sedang merencanakan invasi.
Inggris juga bersiap untuk memperkuat kelompok perang Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang dipimpin Inggris di Estonia.
"Saya menyambut baik pernyataan Jerman bahwa Nord Stream 2 akan dipertimbangkan kembali jika terjadi serangan," ujar Johnson.
Diketahui Pada Senin (7/2/2022), Presiden AS Joe Biden mengatakan setelah bertemu dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz bahwa pipa gas Nord Stream 2 akan dihentikan jika Rusia menginvasi Ukraina.
Biden mengatakan kedua negara itu memiliki pendekatan yang sama mengenai isu Ukraina, Rusia, dan pemberlakuan sanksi, tetapi tidak secara langsung mengonfirmasi rencana Nord Stream 2.
"Proyek energi paling memecah belah di Eropa, Nord Stream 2, dirancang untuk menggandakan jumlah gas yang mengalir dari Rusia langsung ke Jerman, melewati Ukraina," pungkasnya. (GIBS)
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024