CARITAU JAKARTA – Mengenai pemikiran cendekiawan Soedjatmoko mengenai pembangunan manusia menurut Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid masih relevan apabila direfleksikan kembali di zaman sekarang.
Hal ini disampaikan Hilman dalam video sambutannya saat acara peluncuran situs Membaca Soedjatmoko pada Senin (10/1/2022).
“Pikiran-pikiran tentang pembangunan (dari beliau) saya kira sangat signifikan. Sudah sepatutnya di masa sekarang dipikirkan dan dilihat kembali karena ada banyak isu yang saya kira (relevan), seperti bagaimana caranya menghadapi disrupsi dan tantangan ekonomi. Kita bisa belajar banyak dari apa yang dikatakan Soedjatmoko 30 hingga 40 tahun yang lalu,” ujar Hilmar .
Menurut Hilmar, pertanyaan serta pemikiran Soedjatmoko mengenai pembangunan tersebut dimulai dari kritik mendasar, yakni bahwa pembangunan bukan semata-mata soal ekonomi atau perkenalan terhadap teknologi baru hingga bisnis baru.
Salah satu syarat paling penting dalam pembangunan manusia dalam pemikiran Soedjatmoko adalah pendidikan yang mampu membuka pikiran manusia dalam membuat perubahan-perubahan di masa depan.
Selain itu, pendidikan yang memberi ruang atas kritik kepada generasi terdahulu, dapat membuka kemampuan orang-orang melihat kembali struktur dan sistem yang telah mapan.
“Juga ditekankan bahwa pendidikan bukan cuma sekadar mengajarkan bagaimana caranya orang memahami dunia lebih baik, tetapi juga memiliki tanggapan jiwa dari generasi yang berbeda dari generasi sebelumnya,” tambah Hilman.
Tak lupa, Hilmar juga menyinggung mengenai pentingnya peranan ilmuwan dalam pembangunan manusia.
“Dalam berbagai kesempatan, Soedjatmoko selalu menekankan pentingnya investasi untuk riset untuk pengembangan pengetahuan dan untuk pendidikan, khususnya pendidikan tinggi,” katanya.
Hilmar mengacu kepada pandangan Soedjatmoko, Indonesia memiliki masalah yang sangat serius dalam mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain, terutama negara maju.
Oleh sebab itu, ilmuwan memegang peranan kunci dalam memahami suatu realitas hingga dapat merekomendasikan strategi pembangunan yang tepat sasaran.
“Sebetulnya Soedjatmoko mengansitipasi satu tema yang sekarang populer soal knowledge to policy bahwa kebijakan pembangunan kita mestinya bertopang pada pengetahuan dan analisis pemahaman yang jitu mengenai realitas sehingga keluar strategi pembangunan yang memang tepat,” katanya.
Dalam rangka mengenang 100 tahun kelahiran Soedjatmoko, Hilmar menyimpan kesanmendalam mengenai sosok cendekiawan itu yang mampu menonjolkan kepercayaan diri, khususnya dalam hal intelektualitas semasa hidup.
Menurutnya, Indonesia sudah semestinya bersyukur karena pernah memiliki Soedjatmoko dalam sejarah intelektual yang menyumbang banyak pemikiran di berbagai bidang, mulai dari budaya, sastra, sosial, pembangunan ekonomi, sains, hingga agama.
“Kita mesti ingat, beliau tidak pernah tamat sekolah tinggi jadi pengetahuannya dikumpulkan betul-betul dari perjalanan sebagai intelektual dan sebagai politisi. Jadi tantangan yang ada di sekitarlah yang sebetulnya membimbing pemikiran intelektualnya,” pungkas Hilman. (RIO)
Pertarungan Dukungan Eks Gubernur Foke dan Anies v...
Buka 35.000 Lowongan Pekerjaan, Pj Teguh Resmikan...
Pj Teguh Instruksikan Perangkat Daerah Bersinergi...
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...