CARITAU NEW YORK - Harga minyak menguat pada akhir perdagangan Selasa (12/4/2022) atau Rabu pagi WIB. Sejumlah sentimen global yang memicu penguatan tersebut antara lain pelonggaran lockdown di Shanghai, anjloknya produksi migas Rusia, dan pernyataan OPEC soal ketergantungan dunia atas pasokan minyak dari Rusia.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni melonjak USD 6,16 dolar (6,3%) menjadi menetap USD104,64 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Mei naik USD6,31 (6,7%) menjadi USD100,60 per barel. Sehari sebelumnya, Brent dan WTI catat penurunan sekitar 4,0%.
Shanghai mengatakan lebih dari 7.000 unit perumahan telah diklasifikasikan sebagai daerah berisiko rendah setelah melaporkan tidak ada infeksi baru selama 14 hari. Distrik telah mengumumkan kompleks mana yang dapat dibuka.
Sementara itu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperingatkan tidak mungkin mengganti 7 juta barel per hari minyak Rusia dan ekspor cairan lainnya yang hilang jika terjadi sanksi atau tindakan sepihak.
Produksi kondensat minyak dan gas Rusia turun di bawah 10 juta barel per hari (bph) pada Senin (11/4) ke level terendah sejak Juli 2020, dua sumber yang mengetahui data mengatakan pada Selasa (12/4), karena sanksi dan kendala logistik menghambat perdagangan. Sumber mengatakan produksi minyak rata-rata Rusia turun lebih dari 6,0% menjadi 10,32 juta barel per hari pada 1-11 April dari 11,01 juta pada Maret.
Uni Eropa belum mengembargo minyak Rusia, tetapi beberapa menteri luar negeri mengatakan opsi itu ada di atas meja. "Pasar minyak masih rentan terhadap guncangan besar jika energi Rusia dikenai sanksi, dan risiko itu tetap ada di atas meja," tulis Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
OPEC pada Selasa (12/4) menurunkan perkiraan produksi cairan Rusia sebesar 530.000 barel per hari untuk 2022, tetapi juga memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia, mengutip dampak invasi Rusia ke Ukraina, melonjaknya harga minyak mentah dan kebangkitan pandemi di China.
Indian Oil Corp (IOC), yang membeli Ural Rusia dalam tender sebelumnya, telah menghapus grade dari tender minyak mentah terbarunya. Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Perdana Menteri India Narendra Modi pada Senin (11/4) bahwa membeli lebih banyak minyak dari Rusia bukanlah kepentingan India.
Negara-negara anggota IEA berencana untuk melepaskan 240 juta barel selama enam bulan ke depan mulai Mei dalam upaya untuk menenangkan pasar.
Sementara rilis akan mengurangi keketatan langsung, analis menyatakan itu tidak akan menyelesaikan defisit struktural, dan stok perlu diisi ulang.
Jajak pendapat awal Reuters menunjukkan persediaan minyak mentah AS kemungkinan telah meningkat sebesar 1,4 juta barel dalam seminggu hingga 8 April setelah menurun selama tiga minggu berturut-turut. Demikian seperti dikutip dari Antara. (IRW)
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...
GKJ Pererat Hubungan dengan Warga Melalui Jumat Be...
Demi Kepentingan Kaum Betawi, RK dan Eki Pitung Se...