CARITAU JAKARTA - Masjid Agung Sunda Kelapa merupakan masjid yang dibangun pertama kali di daerah Menteng dengan memadukan berbagai fungsi untuk masjid Seperti sebagai tempat ibadah, pendidikan, sosial, maupun perekonomian.
Keberadaan masjid ini membantu umat Islam di Menteng dan sekitarnya, karena sebelumnya hanya terdapat gereja. Gereja Protestan Paulus dibangun 1936 hanya sekitar satu dasawarsa setelah Kota Taman Menteng dibangun.
Baca Juga: PPP Bertemu PDIP Bahas Pemenangan Ganjar Capres
Pada masa Belanda, Gereja Paulus bernama Nassau Kerk karena terletak di bagian kanan Jalan Imam Bonjol yang di masa Belanda bernama Nassau Boulevard. Di salah satu gedung ini, Bung Karno dan Bung Hatta bersama para pejuang merumuskan naskah proklamasi kemerdekaan dalam pertemuan yang berlangsung hingga dini hari pada 17 Agustus 1945.
Masjid ini dibangun pertama kali pada 1960-an dengan gagasan yang berasal dari Ir. Gustaf Abbas, kemudian gagasan tersebut didukung oleh para Jenderal yang juga tinggal di daerah Menteng dengan memberikan berbagai sumbangan dana untuk penyelesaian masjid ini.
Masjid Agung Sunda Kelapa dirancangan Ir. Gustav Abbas.
Arsitektur masjid ini menganut konsep yang fleksibel tanpa terpaut dengan simbol-simbol masjid pada umumnya, seperti kubah, menara, maupun simbol-simbol ornamen seperti bulan & bintang.
Abbas adalah arsitek lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang mematahkan arsitektur masjid di Tanah Air pada umumnya.
Alhasil, desain interior dan eksterior Masjid Sunda Kelapa dipenuhi simbol-simbol yang fleksibel, tidak kaku dengan simbol Timur Tengah yang kerap menjadi harga mati untuk arsitektur masjid.
Alih-alih berbentuk kubah, atap Masjid Sunda Kelapa berbentuk layaknya perahu.
Bentuk perahu itu adalah sebagai simbol Pelabuhan Sunda Kelapa, tempat saudagar muslim berdagang dan menyebarkan syariat Islam di masa lalu.
Selain itu, bentuk perahu adalah makna simbolik kepasrahan seorang muslim.
Bagaikan orang duduk bersila dengan tangan menengadah, berdoa mengharap rahmat dan kasih sayang-Nya.
Masjid Agung Sunda Kelapa juga tak memiliki beduk, simbol bintang-bulan, dan sederet simbol yang umumnya ada dalam sebuah masjid.
Dalam merancang dan membangun masjid ini, Abbas tak sendirian.
Ia didukung para jenderal di Menteng yang menyumbangkan dana awal untuk pembangunan masjid tersebut.
Para jenderal merasa harus meluruskan kekeliruan sejarah atas G30S/PKI dengan membangun sebuah masjid yang nyaman untuk pelaksanaan ibadah.
Karena pembangunan tak kunjung selesai, Pemda DKI Jakarta semasa Ali Sadikin merasa harus turun tangan untuk merampungkan pembangunannya.
Akhirnya, pada tahun 1970, masjid itu selesai dibangun.
Kehadiran Masjid Sunda Kelapa ini menjadi angin segar bagi masyarakat muslim yang tinggal di wilayah Menteng dan sekitarnya.
Sebab, saat itu rumah ibadah di sekitar Menteng didominasi oleh gereja bekas peninggalan Belanda.
Sudah lebih dari 50 tahun berdiri, Masjid Agung Sunda Kelapa kini tak sekadar jadi tempat ibadah bagi muslim. (CARITAU - MUNZIR)
Baca Juga: Rencana Revitalisasi Terminal Blok M
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...