CARITAU JAKARTA - Masjid Lautze terletak di Sawah Besar, Jakarta Pusat, bangunannya berbaur dengan ruko di kawasan pecinan Jakarta itu. Masjid ini tak memiliki kubah atau menara layaknya masjid pada umumnya. Bangunannya pun bercorak merah-kuning, khas rumah ibadah Konghucu.
Sejak 1997, tercatat lebih dari 1.500 orang menjadi mualaf di masjid ini. Yusman Iriansyah, Humas masjid tersebut mengatakan hampir 99 persen yang menjadi mualaf adalah etnis Tionghoa.
Baca Juga: Pertemuan Airlangga Hartarto - Puan Maharani
Yusman bercerita awal masjid berdiri tidak lepas dari terbentuknya Yayasan Karim Oei. Yayasan ini didirikan oleh sahabat-sahabat Karim Oei dari berbagai ormas Islam. Karim dinilai merupakan tokoh panutan.
Yayasan didirikan pada 1991, tiga tahun setelah Karim Oei meninggal. Tujuan pendirian saat itu, sebagai pusat informasi mengenal agama Islam bagi kalangan etnis Tionghoa.
"Waktu itu status masih sewa ruko. Namanya masjid nyewa kan, kalau pemilik enggak mau perpanjang kan tamat juga, namanya sewa. Alhamdulillah ditawarin oleh pemilik ruko, tawarkan beli, pengurus belum punya dana waktu itu. Sehingga dicari donatur," katanya.
Singkat cerita, bantuan datang dari BJ Habibie yang kala itu menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek). Ruko pun dibeli dan dihibahkan untuk Yayasan Karim Oei. Saat itu, Habibie juga merupakan ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).
Dalam perjalanannya, bangunan pun didesain mengikuti ornamen-ornamen khas Kelenteng. Tujuannya agar warga beretnis Tionghoa yang mau mengenal Islam merasa lebih familiar dan tidak canggung.
"Keberadaan kita diterima. Banyak sekali yang sekadar ingin tahu Islam bertanya-tanya, ada yang sudah lama niat jadi masuk Islam, sehingga ada tempat mereka ini langsung seperti gayung bersambut," ujarnya.
Dari mulai berdiri, ia mengatakan Masjid Lautze belum melayani orang-orang yang ingin masuk islam. Biasanya, pihak masjid akan merekomendasikan agar ikrar memeluk Islam dilakukan di masjid besar lainnya.
Masjid Lautze diresmikan Habibie pada 1994. Sejak 1997, pihak pengurus mulai melayani orang-orang yang mau memeluk Islam lantaran banyaknya permintaan.
"Kalau kita lihat data sampai ribuan yang masuk islam gitu. Itu kita mulai mengislamkan tahun 1997, walaupun sudah banyak sebelumnya mereka yang mau masuk Islam, kita belum layani di sini. Tapi semakin banyak permintaan ingin syahadat di masjid Lautze ini, makanya 1997 baru lah kita melayani," ujarnya.
Yusman mengatakan, berbeda dengan masjid lainnya yang terbuka 24 jam, Masjid Lautze memiliki jam operasional, yakni hingga pukul 17.00 WIB.
"Uniknya masjid kita dikenal masjid dua waktu. Waktu jam kerja aja, itu pun kalau tanggal merah, libur juga, tapi kalau tanggal merah hari Jumat, kita tetap buka. (Karena) kita jemaah banyak yang bukan warga sekitar sini. Kan orang pendatang, pekerja, jadi begitu abis jam kerja itu sepi, enggak ada orang jemaah. Masjid kita dikenal sebagai masjid transit, bukan masjid perkampungan," katanya. (CARITAU - MUNZIR)
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Indonesia Rabu 22 Maret, Hujan Nggak Ya?
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...