CARITAU JAKARTA - Di kawasan Mangga Dua, Jakarta Pusat, yang selama ini dikenal sebagai pusat perbelanjaan ternyata juga terdapat banyak peninggalan sejarah. Salah satunya masjid kuno yang dibangun abad ke-19 bernama Nurul Abrar. Masjid ini didirikan sejak 1841 dan masih menyisakan mimbar dan beberapa pilar aslinya.
Masjid Nurul Abror ini berlokasi di Jalan Mangga Dua Dalam, Sawah Besar, Jakarta Pusat, di samping Hotel Le Greundeur. Keunikan masjid ini dibangun saat pemerintah kolonial tidak lagi mengganggu. Awalnya lokasi masjid berada di tengah kuburan yang luas dan sudah hancur. Bangunan masjid lama memperlihatkan unsur-unsur struktur Jawa dan Belanda.
Ada 12 makam yang menjadi bagian masjid. Namun satu makam yang paling sering menjadi tujuan utama ziarah warga, yaitu makam Sayyid Abu Bakar bin Sayyid Aluwi Bahsan Jamalulail. Dia adalah keturunan dari Husein bin Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah dari putrinya Fattimah Azzahra.
Selain makam Sayyid Abu Bakar atau dikenal dengan Habib Jamallulail, di Masjid Nurul Abrar juga terdapat beberapa makam ulama dari Hadramaut (Yaman) dan makam Sultan Bone yang oleh sebagian jamaah dan warga dinilai memiliki karomah.
Selain itu, terdapat juga pemakaman orang-orang Tionghoa, termasuk makam Kapitein China pertama di Batavia, Souw Beng Kong. Ia adalah sahabat lama dari Jan Pieterzon Coen.
Di masjid ini juga terdapat makam kerabat keraton dari Jawa Tengah. Seperti Raden Tumenggung Anggakusumah Dalam. Di Malaysia, Yang Dipertuan Agung saat ini berasal dari keluarga Jamalullail.
Adapun kolam kecil sedalam 15 meter yang semula digunakan untuk berwudhu, 20 tahun silam telah ditutup. Pihak pengurus masjid memutuskan sepakat menutupnya karena jamaah mulai melakukan ritual kepercayaan yang mengarah pada kemusyrikan.
Menurut cerita yang berkembang, nama Jalan Mangga Dua berasal dari dua buah pohon mangga besar yang terdapat di depan masjid. Karena itu pula, masjid itu selamat dari ancaman penggusuran dan kini dijadikan cagar budaya.
Sejak berdiri, Masjid Nurul Abrar baru satu kali direnovasi, yakni pada 1986. Sayangnya kondisi masjid kuno ini tidak terawat dengan baik, di antaranya adalah tiang penyangga masjid yang mulai rusak. Penetapan sebagai bangunan cagar budaya dan harus dilestarikan tampaknya tak berpengaruh besar buat masjid ini. (CARITAU - MUNZIR)
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...
GKJ Pererat Hubungan dengan Warga Melalui Jumat Be...
Demi Kepentingan Kaum Betawi, RK dan Eki Pitung Se...