CARITAU BATAM – Kasus anak yang mengalami ganguan pertumbuhan (stunting) atau atau penderita kekerdilan di pulau perbatasan NKRI yang terletak di Kecamatan Belakangpadang Kota Batam, terus menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Provinsi Kepulauan Riau.
Berdasarkan data yang dimiliki Dinas Kesehatan Kota Batam, faktor kemiskinan dan kurangnya pengetahuan mengenai asupan gizi yang cukup kepada anak digadang-gadang menjadi faktor penyebab kasus tersebut.
Belum lama ini, dilaporkan sebanyak 22 anak di Kecamatan Belakangpadang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau yang berbatasan dengan Singapura menderita kekerdilan.
Dalam rembuk stunting di Pulau Belakangpadang, ditemukan sejumlah kendala dalam penanganan kekerdilan, di antaranya keterbatasan alat pengukur panjang bayi dan sulitnya pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil di pulau-pulau.
Menanggapi hal itu, Wali Kota Batam Amsakar Achmad mengatakan, penyebab utama terjadinya anak kerdil di pulau penyangga lebih pada keterbatasan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil.
"Transportasi antarpulau yang masih terbatas, ditambah kurangnya edukasi untuk ibu hamil membuat pemeriksaan kandungan juga terbatas. Makanya sedang kami pikirkan untuk biaya transportasi," ujar Achmad, dilansir dari Antara, Rabu (12/1/2022).
Ia menegaskan, angka kekerdilan di pulau-pulau penyangga, termasuk kecamatan Belakangpadang yang berhadapan dengan Singapura, relatif lebih kecil dibandingkan dengan data anak di pulau utama.
"Karena pemenuhan gizinya cukup. Proteinnya berlimpah, banyak ikan segar," kata Amsakar Achmad usai memimpin rapat Rembuk Stunting di Pulau Belakangpadang, Rabu.
Achmad mengatakan, total dari 1.168 anak Kecamatan Belakangpadang yang diukur, hanya 22 orang yang mengalami kekerdilan, atau 1,88 persen, dengan demikian angka tersebut relatif rendah.
Menurut Achmad, tidak hanya di Kecamatan Belakangpadang, angka kondisi anak penderita stunting atau penderita kekerdilan di Kecamatan pulau penyangga lainnya pun relatif rendah.
Di Kecamatan Galang, dari 941anak yang diukur hanya 27 anak yang mengalami kekerdilan atau 2,8%. Sedanngkan di Kecamatan Bulang, dari 971 anak yang diukur sebanyak 63 di antaranya mengalami kekerdilan.
"Untuk seluruh daerah, dari 3.080 anak yang diukur, 112 orang di antaranya stunting. Angka anak stunting dibanding anak sehat 3,6 persen" kata Achmad.
Achmad menambahkan, untuk di pulau utama, dari sekitar 52 ribu anak yang diukur, sebanyak 3.244 anak di antaranya menderita kekerdilan, atau 6,2 persen.
"Artinya, di hinterland persentase anak stunting lebih kecil kalau melihat kekerdilan dengan balita keseluruhan di bandingkan dengan mainland," pungkasnya. (GIBS)
Pertarungan Dukungan Eks Gubernur Foke dan Anies v...
Buka 35.000 Lowongan Pekerjaan, Pj Teguh Resmikan...
Pj Teguh Instruksikan Perangkat Daerah Bersinergi...
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...