CARITAU SURABAYA - Kasus pelecehan seksual dapat ditemukan di berbagai platform, termasuk di dunia maya.
Menurut lembaga PBB, UN Women, di seluruh dunia, angka pelecehan seksual di internet terhadap perempuan meningkat tajam selama pandemi. Pelakunya kebanyakan pasangan atau mantan pasangan yang terjebak di dalam rumah karena memilih melakukan social distancing.
Lalu seperti apa bentuk pelecehan seksual di internet itu? Biasanya pelecehan seksual bisa berasal dari perilaku, ucapan isyarat, atau pendekatan terkait seks yang tidak diinginkan oleh salah satu pihak. Bentuknya antara lain pelecehan berbasis gender, perilaku menggoda, penyuapan seksual, pemaksaan seksual, pelanggaran seksual, menerima materi seksual, dan terakhir mengunggah konten seksual tanpa persetujuan korban.
Guna menghindari adanya perlakuan tersebut, Pakar Kajian Media Studies asal Universitas Airlangga Prof Rachmah Ida PhD memberikan beberapa tips yang dapat dilakukan saat masuk dalam dunia realitas maya.
Pahami Space dan Budaya Platform
Sebelum menggunakan platform, pengajar program studi Ilmu Komunikasi tersebut menyarankan calon pengguna untuk memahami peraturan privasi dan keamanan. "Sebaiknya paham betul dalam space itu karakternya seperti apa. Misalnya SimCity atau game, harus pelajari term of reference dan disclaimer-nya, jika sudah menyetujui berarti sudah terikat hukum yang dibuat oleh perusahaan pembuatnya," tambahnya.
Kenali Daerah Komunitas
Dunia realitas maya merupakan dunia yang luas seperti dunia nyata. Disini juga terdapat banyak daerah-daerah yang ditempati oleh komunitas tertentu. Untuk itu, perlu adanya perhatian dan pengetahuan khusus untuk menjelajah sebuah tempat.
"Menjaga diri sendiri bisa dimulai dengan mengetahui tempat-tempat dimana kita bisa mengeksplor atau tidak," ungkapnya.
Menyadari Bahwa Dunia Maya Berbeda dengan Realita
Dalam memasuki sebuah media, ada baiknya untuk memahami budaya dan cara kerja dari platform tersebut. Ida menyebutkan bahwa setiap media memiliki budayanya sendiri, juga budaya realita dan virtual yang memiliki perbedaan budaya.
"Jika sudah bermain, pastikan kita sadar dan paham kalau dunia yang kita mainkan ini adalah dunia maya," sebutnya. Ida mengungkap, banyak kejahatan maya yang terjadi karena kelalaian pengguna yang tidak dapat membedakan realita dengan dunia maya. Pengguna virtual reality yang disebutnya sebagai ghostwild tidak diketahui identitasnya.
"Karena sifatnya yang liar dan anonim, jadi kita tidak tahu identitas sesungguhnya yang bermain di belakang avatar," jelasnya.
Semua media tidak terlepas dari adanya kemungkinan kejahatan. Sebagai pengguna, Prof Rachmah Ida mengimbau agar lebih baik membekali diri dengan pengetahuan untuk menghindari terkena adanya kejahatan di media sosial utamanya dalam realitas maya. (HAP)
pelecehan seksual di internet tips menghindari pelecehan seksual di internet
Pj Teguh Instruksikan Perangkat Daerah Bersinergi...
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...