CARITAU TOKYO – Harga minyak tergelincir di perdagangan Asia pada Senin (16/5/2022) pagi, lantaran aksi ambil untung investor setelah lonjakan pada sesi sebelumnya, tetapi kekhawatiran pasokan global membayangi dengan Uni Eropa bersiap untuk secara bertahap melarang impor dari Rusia.
Minyak mentah berjangka Brent turun 64 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di USD 110,91 per barel pada pukul 01.37 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berkurang 60 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di USD 109,89 per barel.
Baca Juga: Gandeng Shandy Sandoro, JXB Kenalkan Ruang Publik via Video Klip 'Yang Penting Cuan'
Kedua harga acuan minyak, yang melonjak sekitar 4,0 persen pada Jumat (13/5), sebelumnya meningkat lebih dari satu dolar AS per barel, dengan WTI mencapai tertinggi sejak 28 Maret di USD 111,71 per barel.
"Pasar minyak diperkirakan akan naik minggu ini karena larangan yang tertunda oleh Uni Eropa terhadap minyak Rusia akan semakin memperketat pasokan minyak mentah dan bahan bakar global," kata Kazuhiko Saito, kepala analis di Fujitomi Securities Co Ltd.
Uni Eropa masih berencana untuk menyetujui embargo bertahap pada minyak Rusia bulan ini meskipun ada kekhawatiran tentang pasokan di Eropa timur, empat diplomat dan pejabat mengatakan pada Jumat (13/5), menolak saran penundaan atau memperlonggar proposal.
Pekan lalu, Moskow - yang menyebut tindakannya di Ukraina "operasi militer khusus" - menjatuhkan sanksi pada beberapa perusahaan energi Eropa, menyebabkan kekhawatiran tentang pasokan.
Sementara itu, bensin berjangka AS kembali mencatat rekor tertinggi sepanjang masa pada Senin karena penurunan stok memicu kekhawatiran pasokan.
"Harga minyak tetap bullish, terutama kontrak jangka pendek WTI, karena harga bensin AS terus naik di tengah melemahnya impor produk minyak dari Eropa," kata Saito dari Fujitomi Securities.
Di sisi pasokan, perusahaan energi AS dalam seminggu hingga 13 Mei menambahkan rig minyak dan gas alam selama delapan minggu berturut-turut karena harga tinggi dan dorongan oleh pemerintah federal mendorong pengebor untuk kembali ke sumur minyak.
Di tempat lain OPEC+ - Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia - telah meremehkan rencana yang telah disepakati sebelumnya untuk peningkatan produksi karena kurangnya investasi di ladang minyak di beberapa anggota OPEC dan, baru-baru ini, penurunan dalam produksi Rusia.
Laporan bulanan terbaru dari OPEC seperti dilansir Antara menunjukkan produksinya pada April naik 153.000 barel per hari (bph) menjadi 28,65 juta barel per hari, tertinggal dari kenaikan 254.000 barel per hari yang diizinkan OPEC berdasarkan kesepakatan OPEC+. (DIM)
Baca Juga: Tesla akan Investasi di Indonesia, Bahlil: Insya Allah Tahun 2022 Ini
aksi ambil untung bikin harga minyak turun krisis pasokan masih berlanjut minyak rusia diembargo cari cuan krisis minyak dunia
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...
GKJ Pererat Hubungan dengan Warga Melalui Jumat Be...
Demi Kepentingan Kaum Betawi, RK dan Eki Pitung Se...