CARITAU JAKARTA – Hari Film Nasional 2022 yang jatuh pada 30 Maret kemarin membuat para sineas film seperti Mira Lesmana, Ernest Prakasa, Muhammad Zaidy, dan Shanty Harmayn saling berbagi perspektif menarik yang bisa menjadi refleksi untuk perkembangan perfilman Indonesia.
Dikutip dari program 'On the Scene' yang tayang di kanal YouTube Netflix Indonesia, keempat tokoh film nasional ini berbincang mengenai pencapaian, situasi terkini, tantangan, serta harapan mereka terhadap industri film Indonesia.
Beberapa tahun belakangan ini, semakin banyak film Indonesia yang meraih penghargaan, baik dari dalam negeri maupun kancah global.
Menurut produser Miles Films, Mira Lesmana, dengan pencapaian ini tentu saja menjadi sebuah kebanggaan dan motivasi bagi para sineas untuk semakin berlomba membuat mahakarya.
“Kita semua yang berada di industri film Indonesia berusaha untuk membuat karya terbaik yang bermakna dan memiliki kualitas yang semakin bagus," kata Mira, dikutip dari siaran resmi Netflix, Jumat (1/4/2022).
Mira juga menegaskan bahwa sebaiknya para sineas jangan pernah merasa telah mencapai cinematic excellence, dan justru terus berusaha untuk menggapainya.
Dalam kesempatan yang sama, Produser BASE Entertainment, Shanty Harmayn, menegaskan bahwa industri perfilman Indonesia harus memperkenalkan genre-genre baru dan bagaimana metode untuk penceritaan harus sangat eksploratif.
“The demand of watching saat ini sudah berbeda. Penonton lndonesia tidak hanya menonton film lokal, tetapi dimanjakan dengan begitu banyak variasi. Oleh karena itu, industri film Indonesia harus mengeksplor genre-genre baru," imbuh Shanty.
Sutradara Ernest Prakasa turut berpendapat bahwa selain mengeksplorasi genre, para sineas dapat mencoba melakukan breakthrough dengan ide-ide yang selama ini dianggap kurang menjual.
“Contoh-contoh kecil seperti itu bagi saya sangat refreshing,” ujarnya.
Masa pandemi yang dimulai pada tahun 2020 menjadi tantangan tersendiri bagi semua orang, tak terkecuali para sineas Indonesia.
Di tengah situasi yang cenderung membuat frustrasi, mereka mencoba untuk beradaptasi dan semakin menyadari pentingnya berkolaborasi.
“Ketika menghadapi tantangan yang semakin besar, seperti pandemi ini, kita harus berkolaborasi dan saling bertukar ide karena kita gak bisa menghadapinya sendirian,” ujar Shanty.
Di sisi lain, Produser Palari Films, Muhammad Zaidy (Eddy) berpendapat bahwa situasi pandemi bisa menjadi penanda zaman seperti zaman perang dunia dulu.
‘’Ada dua jenis film yang dapat dilihat dari zamannya; film setelah Perang Dunia II dan film yang lahir setelah atau saat pandemi COVID-19. Saya rasa itu juga menjadi sebuah penanda bagaimana karya-karya itu dikenal dan mungkin kita bisa mengidentifikasinya di kemudian hari," beber Eddy.
Eddy pun menyampaikan rasa terima kasihnya terhadap streaming platform yang ketika di masa-masa sulit seperti pandemi ini, para pembuat film dapat terbantu karena punya platform untuk tetap berkarya.
Eddy juga menambahkan bahwa baik bisokop maupun streaming platform harus hidup berdampingan dan para sineas harus bisa beradaptasi.
Para sineas merasa optimistis terhadap masa depan industri film Indonesia.
Mereka berharap ke depannya lebih banyak sekolah film yang berdiri untuk melahirkan sineas muda, lebih banyak perempuan yang bekerja di industri film dan cerita tentang perempuan, serta terciptanya lingkungan yang aman bagi para pekerja film di industri ini.
Selain itu, Ernest juga berharap semakin banyak penonton yang menghargai hasil kerja keras para sineas Indonesia dengan tidak menonton karya di platform bajakan.
Sutradara film ‘Cek Toko Sebelah’ ini juga menilai platform streaming dapat membantu untuk meningkatkan solidaritas dan apresiasi terhadap film-film Indonesia. (RIO)
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...
GKJ Pererat Hubungan dengan Warga Melalui Jumat Be...
Demi Kepentingan Kaum Betawi, RK dan Eki Pitung Se...