CARITAU JAKARTA – Seorang ahli herbal bernama Rabea al-Habashi sangat tenar di kota Kairo, Mesir. Namanya menjadi masyhur di tengah masyarakat Kairo berkat racikan obat pembangkit gairah untuk pria yang ia juluki sebagai ‘ramuan ajaib’.
Habashi menjual sebuah racikan herbal afrodisiak dan herbal alami lainnya yang dikenal memiliki kandungan zat untuk membangkitkan gairah seksual.
Namun, ‘ramuan ajaib’ racikannya kini sudah mulai kalah dengan obat-obat kimia dari perusahaan-perusahaan barat. Dalam beberapa tahun terakhir, Habashi melihat, para pelanggannya lebih memilih untuk menggunakan obat tersebut.
“Kebanyakan pria kini mencari pil biru yang mereka dapatkan dari perusahaan-perusahaan Barat,” ujar Habashi dilansir dari BBC Arabic.
Apa yang dirasakan Habshi cocok dengan hasil kajian yang menunjukkan penjualan obat kuat seperti sildenafil (Viagra), vardenafil (Levitra, Staxyn), dan tadalafil (Cialis) meningkat pesat di daratan Arab. Kebanyakan pembeli berasal dari kaum muda yang berusia antara 18-45 tahun.
Kajian itu dilakukan pada tahun 2017 bertajuk ‘Demographics and sexual characteristics of sexenhancing medication users: study of a web-based cross-sectional sample of sexually active men. Arab journal of urology’. Penelitian dilakukan kepada 1008 pria Arab berusia 18-45 tahun.
Dari kajian tersebut ditemukan beberapa data antara lain 40% responden mengaku menggunakan obat anti-impoten.
Namun seperti dikutip dari BBC Arabic, sebagian besar pria muda yang ia wawancara di Mesir dan Bahrain membantah menggunakan obat anti-impoten tersebut. Ada yang mengaku tak tahu, dan bahkan yang menolak membahas topik tersebut karena dianggap bertentangan dengan moral masyarakat.
Padahal, faktanya berdasarkan kajian pada 2012, Mesir adalah pelanggan obat anti-impoten terbesar per kapita kedua di antara negara-negara Arab. Mereka hanya kalah dari Arab Saudi.
Harian Saudi Al-Riyadh, menerbitkan laporan bahwa warga Saudi telah menghabiskan US$1,5 miliar (Rp22,2 triliun) per tahun untuk obat-obatan anti-impoten.
Konsumsi warga Saudi tergolong 10 kali lipat lebih tinggi dari konsumen Rusia, yang populasinya lima kali lebih banyak.
Adapun di Mesir, berdasarkan statistik resmi negara itu pada 2021, penjualan obat anti-impoten di sana mencapai US$127 juta (Rp1,8 triliun) per tahun, yang setara dengan 2,8% dari seluruh nilai penjualan farmasi di negara tersebut.
Konsumsi obat kuat di Indonesia terbilang cukup fantastis. Belum lama di Pekanbaru, Balai Besar Obat Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyita 74.968 buah obat kuat tradisional tanpa izin edar yang terdiri dari 138 jenis obat. Nilai ekonominya bahkan mencapai Rp1,2 miliar lebih.
Dari berbagai penelusuran di dunia maya, cerita soal omset penjualan obat kuat di Indonesia juga sangat menggiurkan. Bagaimana tidak, para penjual bisa meraup omset hingga Rp500 ribu per harinya dari berjualan obat jenis ini.
Dilansir dari Vice yang melakukan penelusuran toko-toko obat kuat di Jalan Kaliurang, Sleman, Yogyakarta tahun 2020 lalu, obat kuat memiliki banderol harga yang tinggi sehingga para penjual menyiasatinya dengan membuat paket eceran, Rp50 ribu per tablet untuk sekali minum.
Saking mahalnya, ada obat kuat berbentuk coklat bermerek Soloco yang dihargai Rp500 ribu. Di Sleman, omset penjualan obat kuat juga cukup menjanjikan. Salah satu toko online bahkan ada yang mampu menjual 1.500 hingga 2.000 paket obat kuat per bulannya loh. Kalikan saja dengan harga satu paket tiap kemasan Rp150.000, maka omzet yang bisa mereka raup dari bisnis ini berkisar Rp250-300 juta tiap bulannya!
Masalahnya, Sebagian besar obat-obatan itu belum memiliki izin edar dari BPOM. Menurut Kepala BBPOM Pekanbaru, Yosef Setiawan, seperti dikutip dari liputan6.com, seluruh obat kuat yang tak berizin termasuk obat kuat tradisional, sangat berbahaya jika dikonsumsi.
"Efek jangka panjang adalah kerusakan hati dan liver, hingga serangan jantung," kata Yosef.
Yosef mengingatkan, masyarakat jangan membeli kalau menemukan obat ini. Sebaiknya dilaporkan ke pihaknya untuk ditindaklanjuti dengan cara disita dan pembinaan bagi penjual yang tidak tahu.
"Maunya kuat tapi bisa mati, seperti kejadian di hotel, tiba-tiba meninggal," pungkas Yosef. (GIB)
Baca juga :
Obat Kuat Tradisional di Indonesia, Cespleng tapi Dipertanyakan Keamanannya
Tren Konsumsi Obat Kuat di Arab Meningkat Pesat, Bagaimana di Indonesia?
Butuh Obat Kuat? Berbagai Tanaman Herbal ini Terbukti Ampuh Tingkatkan Stamina Pria
Obat Kuat, Hanya Sekadar Sugesti atau Sudah Terbukti?
Ahli Farmasi: Obat Kuat Aman, Asal Digunakan Sesuai Dosis Bikin Pria Jadi Perkasa
Cerita Pemakai Obat Kuat, Urat Madu Paling Jos tapi Awas Jangan Asal Konsumsi
tren konsumsi obat kuat di arab meningkat pesat obat kuat tradisional laris manis omset penjualan obat kuat peningkat gairah seksual
Semen Curah Dongkrak Volume Penjualan SIG yang Ala...
Panglima Dozer Instruksi Relawan Tancap Gas Memena...
Perkuat Sinergi Bersama Kementerian PPPA RI, Pempr...
Gerindra Dukung Andalan Hati di Pilgub Sulsel, Pen...
Panglima Dozer Perintah Gaspol Menangkan Paslon 02...