CARITAU JAKARTA – Mutasi virus corona terbaru yaitu B.1.1.529 atau disebut Omicron saat ini membuat banyak negara khawatir. Pasalnya, para ahli menyebut varian ini memiliki kemampuan penularan lebih tinggi dari varian Delta.
Belum lama, varian Delta membuat dunia kalang kabut karena menimbulkan tsunami kasus COVID-19 di banyak negara, termasuk Indonesia. Bisa dibayangkan, jika semakin meluas, potensi tsunami lebih besar bisa ditimbulkan varian Omicron yang pertama kali dideteksi di Afrika Selatan tersebut.
Untuk menghambat penyebaran Omicron, banyak negara di dunia yang menutup pintu untuk warga yang punya riwayat perjalanan dari Afrika Selatan, dan beberapa negara kawasan Afrika lain. Para ahli sangat cemas dengan munculnya varian Omicron ini. Berikut beberapa fakta mengenai varian Omicron seperti dikutip dari berbagai sumber;
Mutasi Omicron Lebih Banyak dari Varian Sebelumnya
Dikutip dari MedicalnewsToday, varian Omicron sudah menyebabkan kenaikan kasus COVID-19 di Afrika Selatan. Ketakutan akan Omicron karena disinyalir varian ini mengandung mutasi yang tidak biasa dari varian-varian mutasi sebelumnya.
Mutasi tersebut dikhawatirkan bisa membuat virus bisa menghindari sistem kekebalan atau imun tubuh sehingga penularan jadi semakin mudah. Disebutkan, mutasi varian Omicron terpecah menjadi sekitar 50 mutasi di seluruh genom virus Omicron, lebih dari 30 mutasi di antaranya adalah bagian yang bertugas mengkode protein lonjakan virus.
Belum lagi jika melihat mutasi di bagian RBD genom yang berjumlah 15 kali mutasi. Jumlahnya jauh meningkat dibanding varian Delta yang hanya dua dan varian Beta dengan 3 mutasi. Inilah yang bisa membuat kemampuan vaksin menurun karena antibodi yang terbentuk tidak efektif lagi.
Varian Omicron semakin ditakutkan para peneliti karena diduga membuatnya mudah masuk ke dalam sel inang sehingga meningkatkan risiko penularan. Karena itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan Omicron sebagai varian yang tengah diawasi atau VOC (Varian of Concern)
Gejala Cenderung Ringan
Meski mengkhawatirkan, namun gejala yang ditimbulkan inveksi varian Omicron ini ternyata ringan. Dilaporkan, pasien yang terinfeksi hanya mengalami gejala batuk kering, demam, dan badan pegal. Meski begitu para ahli memperingatkan bahwa hal ini tidak bisa dijadikan kesimpulan karena penelitian masih terus dilakukan.
Karena itu masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa varian Omicron bisa mengalahkan varian Delta. Pakar peyakit menular dari Afrika Selatan, Adrian Puren, juga belum berani menyimpulkan jika varian B.1.1.529 bisa menggantikan dominasi varian Delta di Afrika Selatan.
Negara yang Deteksi Omicron
Negara-negara di seluruh dunia berlomba untuk mengidentifikasi berapa banyak kasus varian Omicron Covid-19 yang mereka miliki. Dilansir dari CNN International, berikut daftar negara yang melaporkan kasus sejauh ini, dikutip dari CNN International.
Australia (2 kasus), Austria (1), Belgia (1), Botswana (19), Kanada (3), Republik Ceko (1), Denmark (2), Jerman (3), Hong Kong (3), Israel (1), Italia (1), Belanda (13), Portugal (13), Afsel (77), Spanyol (1) dan Inggris Raya (9).
Mutasi Sebelum Omicron
Selama dua tahun pandemi COVID-19 berjalan, telah banyak terjadi mutasi virus corona. Namun yang menjadi perhatian atau VOC dari WHO hanya beberapa varian. Tercatat sebelum Omicron muncul ada sekitar 10 varian mutasi virus corona yaitu varian virus corona Inggris B.1.1.7 (Alpha), varian virus corona Afrika Selatan B.1.351 (Beta), varian virus corona Brasil P.1 (Gamma), varian India B.1.617.2 (Delta), varian Amerika Serikat B.1.427/B.1.429 (Epsilon), varian virus corona Brasil P.2 (Zeta), varian B.1.525 (Eta), varian Filipina P.3 (Theta), varian Amerika Serikat B.1.526 (Lota), dan varian India B.1.617.1 (Kappa). (DIM)
Cawagub 02 Fatmawati Dua Bulan Keliling 24 Kabupat...
Kampanye Akbar 02 Andalan Hati, Panglima Dozer: Su...
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...