CARITAU SURABAYA – Tradisi merayakan Hari Raya Idul Fitri atau lebaran biasanya dimanfaatkan sebagai ajang kumpul keluarga. Sebagian besar orang rela menempuh jarak jauh agar bisa merasakan momen lebaran bersama keluarga.
Menurut Puji Karyanto SS MHum tradisi lebaran tidak hanya berkumpul namun juga untuk mengenal lebih dekat semua kerabat. Momen lebaran selain untuk melepas rasa rindu pada keluarga juga dimanfaatkan untuk saling silaturahmi.
Baca Juga: Silaturahmi ke Ponpes Babussalam, Pasangan AMIN Minta Doa Restu ke Kiai Amin Mustholih
“Kita tahu salah satu konsep kekerabatan yang ada di Nusantara adalah rasa guyub, dan halalbihalal itu sebenarnya merupakan ekspresi rasa keguyuban antar kerabat yang bertemu saat momentum lebaran,” tutur Dosen Fakultas Ilmu Budaya Unair, Kamis (4/5/2022)
Puji mengungkapkan tradisi lebaran yang identik dengan silaturahmi telah mengalami pergeseran makna. Awalnya, momen lebaran dimanfaatkan untuk berkumpul dengan keluarga, mengunjungi kerabat, dan untuk mengenal sanak saudara.
Hal itu, lanjutnya, memiliki banyak makna. Misalnya untuk menghindari perkawinan antar kerabat yang masih terlalu dekat.
“Awalnya sebenarnya kan unjung-unjung itu bukan sekadar saling sapa tetapi juga kalau orang Jawa mengatakan ngambah bature,” tuturnya.
Lebih lanjut, Puji menuturkan tradisi lebaran silaturahmi atau unjung-unjung yang tadinya sebagai tradisi keluarga telah diperluas dan diadopsi oleh instansi, baik pemerintah atau swasta dengan konsep halalbihalal.
Berganti menjadi halalbihalal, lanjutnya, kini cenderung dimaknai dengan berkumpulnya banyak orang di sebuah tempat untuk saling bermaaf-maafan.
“Jangan-jangan itu akan berhenti di salam-salaman saja tapi sebenarnya siapa yang salaman juga tidak kenal, karena sangat berbeda jika berkunjung ke rumah, silaturahmi, dengan keluarga terbatas,” tuturnya.
Puji yang mengajar Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia (Basasindo) itu mengungkapkan agar momen lebaran lebih intens sebaiknya tidak membuat acara keluarga yang terlalu besar.
Hal itu lantaran silaturahmi saat momen lebaran tidak hanya untuk bersalaman tetapi juga berkomunikasi dan membangun hubungan baik antar keluarga.
Ia juga menyebut, halalbihalal bukan sekadar menggugurkan kewajiban tetapi untuk merekatkan kembali apa yang sudah renggang.
“Jadi kalau terlalu besar situasinya, terlalu banyak mereka-mereka yang harus bertemu, ya itu yang terjadi pasti semiotika nama, semiotika wajah orang yang bersalaman sudah tidak tahu,” kata Puji.(HAP)
Baca Juga: Yenny Wahid Temui Prabowo di Kertanegara, Ada Apa?
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...
GKJ Pererat Hubungan dengan Warga Melalui Jumat Be...
Demi Kepentingan Kaum Betawi, RK dan Eki Pitung Se...