CARITAU JAKARTA – Gubernur Jawa Barat, Mochamad Ridwan Kamil (RK) atau akrab disapa Kang Emil akhirnya menerima pinangan Partai Golongan Karya (Golkar). Dirinya diperkenalkan langsung ke publik oleh Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartanto, Rabu (18/1/2023) lalu.
Masuknya Kang Emil ke Partai Golkar langsung disambut dengan jabatan yang tidak main-main. Di mana, Airlangga memberi posisi Walikota Bandung dua periode itu sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Penggalangan Pemilih dan Co-Chair Badan Pemenangan Pemilu.
Baca Juga: Peran LBP Perbesar Keinginan Jokowi Jadi Ketum Golkar
Sebelumnya, Ridwan Kamil bersikap independen dalam dunia politik. Dirinya tidak terdaftar sebagai anggota partai politik manapun saat terpilih menjadi walikota dan gubernur.
Namun, keinginan Kang Emil untuk bergabung ke Parpol mengemuka sejak akhir 2021 lalu. Hal tersebut memantik sejumlah partai untuk mencoba memboyong RK itu menjadi bagian mereka, mulai dari Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) hingga Partai Golkar.
Pada akhirnya, RK memantapkan pilihannya di Partai berlambang pohon beringin itu. "Pendekataanya lama banget. Lebih dari setahun," kata Airlangga di Kantor DPP Partai Golkar, Rabu (18/1/2023) lalu.
"Secara resmi Pak Ridwan Kamil masuk ke Partai Golkar. Dan masuknya Ridwan Kamil ke Golkar ditandai diberikan KTA. Dan Ridwan Kamil sudah gunakan jas kuning. Tampak Ridwan Kamil semakin ganteng dan cerah," sambung Airlangga.
Dampak yang Menjanjikan
Bergabungnya Ridwan Kamil ke Partai pimpinan Airlangga Hartanto itu tentu bakal memberi dampak signifikan. Hal tersebut diutarakan oleh Pengamat Politik Citra Institute, Yusak Farchan.
Dia menyebut, keputusan Ridwan Kamil masuk ke Golkar sudah tepat. Pasalnya, kata dia, Golkar adalah partai besar sarat pengalaman dan RK adalah tokoh publik yang punya karir politik cemerlang.
"Jadi eksperimentasi politik Ridwan Kamil untuk bergabung ke Partai Golkar sudah on the track. Profil RK sebagai tokoh publik inovatif selaras dengan karakter Golkar sebagai partai modern dan visioner," kata Yusak saat dihubungi caritau.com, Senin lalu.
Jika merujuk ke Pemilu 2019, perolehan suara Partai Golkar di Jawa Barat —sebagai lumbung suara terbesar di Indonesia— berhasil meraih posisi empat besar.
Golkar meraih perolehan sekitar 3,226 juta suara, atau hanya kalah dari perolehan Partai Keadilan Sejahtera (3,286 juta suara), PDIP (3,51 juta suara) dan Gerinda sebagai partai pemenang di Jabar yang sukses mendulang 4,32 juta suara.
Di Pemilu 2019, Golkar mendapat jumlah suara 17,229 juta suara atau (12,31% total suara) atau berada di tiga besar.
Teranyar, Lembaga Survei Indonesia (LSI) menerangkan bahwa Partai Golkar masih bercokol di peringkat empat di Indonesia pada tahun 2022 dengan tingkat elektabilitas sebesar 6,7%. Tentu, masuknya RK ke Golkar diharapkan dapat mendongkrak elektabilitas partai.
"Partai Golkar tentu membutuhkan Ridwan Kamil untuk memperkuat basis terutama di Jawa Barat. Sementara itu RK mendapatkan kendaraan politik dengan bergabung di Partai Golkar. Jadi saling melengkapi,"
"Figur RK dibutuhkan sebagai votter getter untuk memenangkan Golkar terutama di Jawa Barat pada Pemilu 2024. Sebagai gubernur dan eks walikota, tentu RK punya pengaruh, jaringan dan basis di Jabar," sambung Dekan FISIP Universitas Sutomo itu.
Senada dengan Yusak, Pengamat Politik Universitas Islam Indonesia (UII), Philips J Vermonte menjelaskan langkah Ridwan Kamil masuk Partai Golkar dapat memberi pengaruh signifikan bagi dirinya maupun Partai Golkar sendiri.
Philip menilai keputusan Ridwan Kamil berbaju Parpol sudah sesuai jalur dan aturan konstitusional terlebih jika ingin ikut kontestasi di level nasional.
"Dengan masuk parpol adalah konsekuensi logis saja dari jalurnya Kang Emil sebagai kepala daerah yang dalam hasil survei cukup solid, baik sebagai kandidat capres maupun cawapres. Sementara Golkar akan mendulang banyak suara di Jawa Barat," kata dia kepada media.
Perkuat atau Ganggu Stabilitas di KIB?
Keputusan Ridwan Kamil bergabung Partai Golkar dinilai tidak hanya berpengaruh bagi internal Golkar saja, melainkan bakal memberikan warna baru atau dinamika berpolitik di tubuh Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
KIB yang merupakan koalisi atau rekan berpolitik terdiri atas tiga partai besar di Indonesia, yakni Partai Golkar, PAN dan PPP. Kebetulan semua partai tersebut sebelumnya diisukan mengincar nama Kang Emil untuk bergabung dengan mereka.
Selaku Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Amanat Nasional (PAN), Eddy Soeparno turut menghormati keputusan RK tersebut. "Ketika Kang Emil memutuskan bergabung dengan Golkar, tentu kita akan hormati putusan tersebut," tandas Eddy di Jakarta, Senin 23 Januari.
Tak hanya itu, dia turut memberi pernyataan soal PAN yang mengincar RK sejak lama. "Oh enggak, kita juga kan bersama sama, berikhtiar, bersama-sama mencari kecocokan, sama-sama saling menjajaki," paparnya.
Sementara itu, DPP PPP Achmad Baidowi alias Awiek mengakui nama Ridwan Kamil memang tokoh yang berpotensi untuk menjadi capres. RK disebut sebagai tokoh potensial yang terus dimonitori okeh KIB.
"RK kan memang salah satu tokoh yang dimonitor KIB untuk diusung di Pilpres selain tokoh-tokoh lainnya," ujar Awiek kepada wartawan, Kamis (19/1/2023).
"Ini hak politik RK. Karena beliau sebelumnya memang belum berpartai. Saat Pilgub diusung berpasangan dengan kader PPP yakni Pak Uu (Uu Ruzhanul Ulum-red)," ujar Awiek.
Selain itu, namanya santer diisukan akan berlaga di Pilpres mendatang juga didukung oleh hasil survei. Algoritma Research and Consulting contohnya, menyebut Ridwan Kamil paling favorit untuk figur cawapres.
Di mana Kang Emil memiliki elektoral yang besar dengan angka 11,8%. Unggul jauh dibandingkan dengan nama-nama lainnya seperti Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno 7,4%, Menteri BUMN Erick Thohir 6% dan Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY di angka 5,6%.
Kendati demikian, Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia mengatakan Kang Emil sepertinya diproyeksikan untuk Gubernur Jawa Barat lagi.
"Saya kira sebetulnya peluang besar Pak Emil untuk posisi jabatan berikutnya Gubernur Jabar. Saya kira proyeksi ke depan paling visible, yang paling besar peluang kembali menjadi cagub," ujar Doli di Jakarta beberapa waktu yang lalu.
Peneliti Citra Institute, Yusak Farchan mengatakan masuknya Ridwan Kamil ke Golkar tentu tidak memberi banyak pengaruh KIB menghadapi momen Pilpres 2024.
Di mana Akademisi Universitas Sutomo itu turut mengintip strategi yang bakal dijalankan oleh KIB di momen Pemilu 2024 mendatang.
"Sejauh ini, ada tiga poros capres yang elektabilitasnya tinggi yaitu Ganjar, Prabowo dan Anies. Yang sudah mendapatkan dan memenuhi syarat dukungan parpol baru Pak Prabowo, meskipun belum menetapkan cawapresnya.
"Kalau Ganjar dan Anies mendapatkan dukungan parpol, saya kira poros koalisi akan berpusat pada tiga poros tersebut,"
Dia tidak menjelaskan adanya kemungkinan tiket cawapres bakal diboyong oleh RK, meski tingkat elektabilitasnya tinggi. Sebab, papar dia, kemungkinan insentif politik yang didapat Ridwan Kamil lebih realistis untuk Pilkada (Pilgub). Bisa Jawa Barat, bisa DKI Jakarta.
"Jadi, bisa saja PDIP dan KIB bersatu mengusung Ganjar. Meskipun PDIP bisa mengajukan pasangan capres-cawapres sendiri, tapi akan lebih baik jika PDIP bersama-sama dengan parpol lain dalam mengusung capres-cawapres," katanya.
Ancam Posisi Airlangga sebagai Capres Golkar?
Terkait nama RK yang disebut-sebut akan mengancam nama Airlangga Hartanto sebagai capresnya Golkar, Yusak memberi pandangan berbeda. Dia menyebut nama Airlangga tetap menjadi pilihan utama partai berlambang pohon beringin itu.
"Secara definitif, KIB memang belum memutuskan siapa capres-cawapresnya. Tapi Golkar sudah punya keputusan politik dengan menetapkan Airlangga sebagai capres.
"Jadi, suka atau tidak suka, Ridwan Kamil harus tunduk dan patuh pada keputusan Golkar terkait pencapresan," kata dia.
Sebab, menurutnya pertarungan internal di Partai Golkar cukup ketat, sehingga tidak mudah bagi siapapun kader Golkar termasik RK untuk mendapat rekomendasi capres-cawapres.
"Jadi, spekulasi masuknya Ridwan Kamil ke Golkar untuk memperkaya kandidat capres-cawapres adalah spekulasi yang agak sulit diukur. Golkar adalah partai besar yang sarat dinamika internal," paparnya.
Sedangkan menurut Analis Politik Arifki Chaniago, bergabungnya Ridwan Kamil ke Partai Golkar memiliki dampak positif terhadap partai yang dinahkodai Airlangga Hartarto. Terlebih, posisi Ridwan Kamil sebagai politisi yang aktif menggunakan media sosial.
"Golkar (akan) memiliki alternatif lain capres atau cawapres, jika di tahun 2024 Airlangga gagal maju. Apalagi Jawa Barat sebagai basis suara kunci di Pilpres, bakal menguntungkan bagi Golkar atau capres yang diusungnya," kata Arifki melalui keterangan tertulisnya, Jumat (20/1/2023).
Diakuinya, ada kemungkinan bergabungnya, Ridwan Kamil berpotensi menggeser Airlangga sebagai capres 2024 mendatang. Meski hak prerogatif masih ada di tangan partai. Apakah tetap mempertahankan Airlangga atau memberikan kesempatan tersebut kepada RK.
"RK bisa jadi alternatif bagi Golkar di tahun 2024. Tapi itu tergantung Golkar lagi mau atau tidak usung Kang Emil," tutup Arifki. (Rahma Dhoni)
Baca Juga: Pendistribusian Logistik Pemilu 2024 di Kota Bandung Dimulai Hari Ini
kenapa ridwan kamil pilih partai golkar? pemilu 2024 capres 2024 partai golkar koalisi indonesia bersatu
l9qbct
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...
GKJ Pererat Hubungan dengan Warga Melalui Jumat Be...
Demi Kepentingan Kaum Betawi, RK dan Eki Pitung Se...