CARITAU JAKARTA – Nama Ade Armando tengah menjadi sorotan karena dirinya dikeroyok massa saat mendatangi demonstrasi pada Senin (11/4/2022) di Gedung DPR Senayan, Jakarta.
Ade Armando dianiaya sekumpulan massa di depan Gedung DPR yang diduga bukan kelompok mahasiswa hingga tersungkur ke aspal, bahkan celana panjang yang dikenakannya hilang.
Baca Juga: Gelar Sayembara Cari Pelaku Pelucut Celana, Kuasa Hukum Ade Armando Janjikan Rp 50 Juta
Ade tampak melindungi kepala dan badan sambil tersungkur ke tanah ketika menerima amukan massa. Ade kemudian dievakuasi polisi ke tempat aman.
Sebelumnya Ade Armando sempat diwawancarai Caritau.com terkait demonstrasi mahasiswa saat itu.
“Ya bagus-bagus saja, semoga sampai sore tidak ada kekacauan,” katanya.
Ade juga sempat berkomentar terkait isu yang dibawa mahasiswa.
“Kalau penundaan Pemilu, setuju mahasiswa ketemu ke DPR. Tapi kalau mempertanyakan kenaikan harga BBM atau minyak goreng kan harusnya ketemu pemerintah. Saya terus terang menangkap ada ketidakjelasan,” katanya.
Agar pembaca tak penasaran, berikut kai tampilkan profil Ade Armando yang kami rangkum dari dari berbagai sumber.
Ade Armando lahir di Jakarta, pada 24 September 1961.
Dia merupakan seorang pakar komunikasi Indonesia, dan mengajar di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI).
Selain itu, dirinya juga mengajar di beberapa universitas lainnya pada jenjang sarjana maupun pascasarjana.
Ade Armando mengenyam pendidikan di SD Banjarsari I Bandung (tamat 1973), SMP Negeri 2 Bogor (tamat 1976), dan SMA Negeri 2 Bogor (tamat 1980). Ia menderita kerusakan mata rabun jauh dan saat SMP kerusakannya mencapai minus enam.
Setamat SMA, sesuai saran ayahnya, ia mendaftar kuliah di FISIP UI untuk menjadi diplomat.
Namun, karena nilai mata kuliah ilmu pengantar politiknya rendah, ia pindah ke jurusan ilmu komunikasi.
Di kampus, ia aktif dalam pers mahasiswa di Warta UI. Ia mengaku berjualan rempeyek di kampus untuk menutupi uang kuliahnya. Ia belajar menjadi wartawan dari Rosihan Anwar dan Masmimar Mangiang.
Ade Armando lulus sarjana komunikasi dan meraih gelar doktorandus pada 1988.
Ade kemudian melanjutkan pendidikannya dan meraih gelar master of science dalam population studies dari Universitas Negeri Florida pada 1991.
Di tahun yang sama, Ade Armando menikahi Nina Mutmainnah, adik tingkatnya di kampus. Mereka sama-sama aktif di Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HMIK) dan Senat Mahasiswa.
Nina adalah seorang akademisi, yang kini menjabat sebagai Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI.
Mereka memperoleh dua orang anak bernama Yasmin Rifdaniar dan Feisal Irfansyah.
Selanjutnya, ia meraih gelar doktor dari Universitas Indonesia pada 2006.
Ia pernah menjadi wartawan majalah Prisma (1988–1989) dan Redaktur Penerbit Buku LP3ES (1991–1993). Pada 1993, Ade menjadi redaktur Republika, surat kabar Islam, sesuai obsesinya. Karena tekanan politik Orde Baru dan dirasa tidak objektif, ia lantas keluar dari koran itu.
Bosan dengan politik, ia beralih menjadi peneliti dan Manajer Riset Media Tylor Nelson Sofres pada 1998–1999. Ia diajak bergabung oleh Marwah Daud Ibrahim menjadi Direktur Media Watch & Consumer Center pada 2000–2001 yang dianggapnya independen dan tidak memihak Habibie.
Ade Armando juga pernah menjadi anggota Komisi Penyiaran Indonesia periode 2004–2007, Ketua Program S-1 Ilmu Komunikasi FISIP UI periode 2001–2003, serta menjadi Direktur Pengembangan Program Pelatihan Jurnalistik Televisi-Internews pada 2001–2002.
Selain menjadi dosen, Ade Armando juga dikenal sebagai aktivis media sosial dan kerap kali melontarkan pernyataan yang kontroversial. (RIO)
Baca Juga: Kondisi Ade Armando Mulai Membaik, Kerabat: Sudah Bisa Ngobrol dan Tertawa
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...
GKJ Pererat Hubungan dengan Warga Melalui Jumat Be...
Demi Kepentingan Kaum Betawi, RK dan Eki Pitung Se...