CARITAU JAKARTA – Hanya karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Peribahasa tersebut tampaknya tepat untuk menggambarkan benang kusut efek buruk penyelengaraan festival Berdendang Bergoyang yang diselenggarakan beberapa waktu lalu.
Sebagaimana kita ketahui, konser Berdendang Bergoyang di hari kedua yang menghadirkan banyak musisi top Tanah Air, Sabtu (29/10/2022) di Istora Senayan, terpaksa dihentikan oleh jajaran Polres Metro Jakarta Pusat.
Baca Juga: Umumkan Line Up Fase Kedua, Thirty Seconds To Mars hingga Turnover Manggung di Soundrenaline 2023
Pihak kepolisian mendesak pihak penyelenggara memutuskan untuk meniadakan hari ketiga. Menurut pihak kepolisian, pemberhentian ini dilakukan lantaran kapasitas penonton melebihi aturan yang ditetapkan.
Seperti ramai diberitakan, pihak penyelenggara menjual hingga 27 ribu tiket. Padahal, dalam surat pengajuan izin ke pihak acara disebut penonton hanya berkisar 3 ribu.
“Kami menilai kondisinya sangat tidak memungkinkan, overload atau over kapasitas, sehingga cukup membahayakan," kata Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Komarudin.
Penonton mangkel. Alih-alih menghabiskan hari Minggu menyaksikan musisi idola, akhirnya harus berganti dengan hebohnya pemberitaan dihentikannya festival tersebut.
Tak lama berselang, pihak penyelenggara melalui Instagram mengumumkan jika festival ini harus dibatalkan dengan alasan keselamatan dan keamanan.
“Dengan berat hati menginformasikan bahwa event festival di hari ke-3 tanggal 30 Oktober 2022 yang diselenggarakan di Istora Senayan & Parkir Selatan GBK, harus dibatalkan atas dasar alasan keselamatan dan keamanan,” tulis akun Instagram Berdendang Bergoyang, Minggu (30/10/2022).
“Adapun pernyataan pembatalan ini telah kami terima secara langsung dari pihak yang berwajib,” tambah keterangan tersebut.
Pihak penyelenggara mengimbau kepada para penonton yang sudah membeli tiket bisa melakukan refund pada pukul 16.00 WIB sore nanti.
“Kami menghargai antusiasme teman-teman terhadap festival musik, kami juga berterima kasih untuk para penonton yang sudah menonton di hari ke-1 dan hari ke-2,” tulisnya.
Terakhir pihak penyelenggara mengucapkan permintaan maaf kepada segenap pihak yang sudah ikut berpartisipasi dalam acara ini.
“Kami meminta maaf yang sebesar-sebesarnya atas kejadian ini, ke depannya kami akan terus melakukan evaluasi dan persiapan yang matang dengan tetap mengikuti prosedur dan mengutamakan keselamatan dan keamanan penonton,” tutup keterangan tersebut.
Tapi, niat pengembalian tiket (refund) atau permintaan maaf ternyata tak bisa membayar kekecewaan penonton. Di kolom komentar, para penonton melampiaskan sumpah serapah. Berbagai komentar mulai dari yang lucu hingga yang penuh amarah mesti sesuatu yang tak terhindarkan.
Pemberitaan terus bergulir bagai bola salju. Berita kacaunya festival ini berseliweran di lini massa. Sehari berselang, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno angkat bicara dan menyebut jika pihaknya akan menindaklanjuti kejadian ini.
“Kami sudah memanggil seluruh event organizer (EO), yaitu untuk kami briefing karena telah over capacity," ujar Sandiaga.
Dengan nada yang tegas, Sandiaga menyebut pihak pengelola event seperti festival Berdendang Bergoyang ini seharusnya bisa lebih disiplin guna mencegah insiden over capacity itu.
Sandiaga menegaskan, apabila masih ada pagelaran musik yang tidak memenuhi aturan dan standarisasi tersebut, maka akan terancam tidak akan diberikan izin kembali.
“Jadi tolong betul-betul dipatuhi agar tidak menimbulkan potensi bencana," tegas Sandiaga.
Apa yang kau tanam, itulah yang akan kau tuai. Begitupula dengan penyelenggara yang mau tak mau harus bertanggung jawab karena sudah menggelar festival ini. Niat hati ingin meraup cuan sebanyak mungkin, apa daya badan tak sampai.
Sampai beberapa waktu lalu, polisi masih terus melakukan penyelidikan kericuhan hingga menyebabkan sejumlah orang pingsan dalam festival tersebut. Yang mutakhir, ada dua orang berinisial AL dan MA yang ditetapkan sebagai tersangka baru oleh kepolisian.
Kedua tersangka dijerat dengan Pasal 55 KUHP atau turut serta membantu terjadinya pelanggaran pidana.
"Berdendang Bergoyang per kemarin sore berdasarkan hasil gelar tersangka bertambah dua orang. Jadi total keseluruhannya ada empat orang," kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Komarudin di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (22/11/2022).
Sebelumnya polisi telah menetapkan 2 tersangka baru. Dua tersangka itu berinisial HA dan DP. Keduanya dianggap paling bertanggung jawab dalam kisruhnya festival musik tersebut.
"HA penanggung jawab dan DP direktur," ucap Komarudin.
Bermunculan Festival yang Ditunda
Kita semua mafhum, dua tahun bukan waktu yang sebentar untuk absen menyaksikan gelaran musik. Maka tak heran, kita akan melihat wajah-wajah semringah bahagia di festival seperti Pestapora, Synchronize Fest, Joyland atau Prambanan Jazz.
Tapi dengan adanya festival yang digelar secara berantakan, hal tersebut tentu mengurangi kepercayaan publik terhadap pagelaran musik, termasuk pihak berwajib.
Seperti Polres Metro Kota Bekasi misalnya, yang memutuskan tak mengizinkan penyelenggaraan festival musik berkala besar di area terbuka.
Keputusan ini disampaikan oleh Kepala Polres Metro Kota Bekasi Kombes (Pol) Hengki berkaca dari kasus festival musik ‘Berdendang Bergoyang’ di Istora Senayan, Jakarta, yang terpaksa dihentikan karena alasan mementingkan keselamatan nyawa penonton.
"Ya, itu (berkaca di Istora). Karena diketahui, (penyelenggara) menjual tiket penonton sekian ribu, ternyata yang hadir melebihi kapasitas," ucap Hengki.
Selain itu, konser 'Pesta Rakyat 30 Tahun Berkarya Dewa 19’ yang seharusnya akan dilaksanakan pada Sabtu, 12 November 2022 di Jakarta International Stadium (JIS) resmi ditunda ke tahun depan yakni Sabtu, 4 Februari 2023.
Pihak promotor yang diwakili Widi Amanasto selaku direktur utama dari JAK Pro menyebut, keputusan ini diambil karena pihaknya merasa aware dan prihatin dengan kejadian yang telah terjadi mengenai event dan keramaian yang telah terjadi sebelumnya.
Yang terbaru, festival musik MSKLG Vol.3 yang dijadwalkan digelar 25-27 November 2022, di ICE BSD Tangerang, diumumkan berganti jadwal.
Penyebab tertundanya festival tersebut, dikarenakan penonton lebih dari 5.000 orang dan susunan pengisi acara yang memiliki kemungkinan mengundang animo masyarakat yang lebih besar saat hari H.
Meski sudah mencoba menempuh berbagai cara serta melakukan dialog, tetap saja izin untuk menggelar festival tersebut tak terlaksana. Pihak penyelenggara juga mengaku belum tahu pasti kapan festival bisa dilangsungkan.
Lagi-lagi, para penonton yang sudah membeli tiket, berang bukan main. Tapi ada daya, memaksakan event tetap berjalan sementara izin belum dikanongi merupakan pekerjaan yang berisiko.
Ke depannya, masih ada festival dan konser musik yang akan berlangsung. Di dalam negeri, musisi top seperti Raissa dan Sheila on 7 bersiap menggelar konser di awal tahun 2023.
Tak hanya musisi lokal, beberapa musisi luar negeri seperti BLACKPINK, Blue atau Justin Bieber juga akan unjuk gigi dan menyapa para penggemarnya di Indonesia. Akankah rencana tersebut bakal berjalan dengan mulus?
Asosiasi Promotor Buka Suara
Menurut catatan, sepanjang 2022, ada lebih dari 50 festival musik, baik skala regional, nasional, maupun internasional.
Festival musik yang terselenggara tersebut, tak bisa dimungkiri juga turut serta menghidupkan geliat ekonomi kreatif.
Maka itu, Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) sebagai asosiasi promotor musik pertama dan satu-satunya di Indonesia, ia meminta publik untuk melihat masalah ini secara obyektif, jernih, dan dengan kepala dingin.
Ketua Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI), Dino Hamid menyayangkan jika ke depannya ada festival yang dipersulit perizinan menggelar acara.
“Kalau sampai izin bermasalah lagi, sangat besar dampaknya. Jika acara itu bisa tidak terlaksana atau diundur, yang pasti promotor mengalami kerugian,” kata Dino konferensi pers di M Bloc Jakarta, Rabu (3/11/2022).
Kerugian tersebut tentu saja menjadi sesuatu tak terhindari. Apalagi jika promotor musik sudah membayar sejumlah keperluan terkait acara pada tanggal yang telah dijadwalkan.
“Kerugian besar karena promotor sudah melakukan booking fee, down payment, mungkin juga ada penonton yang sudah melakukan transaksi presale tiket. Jadi, dampaknya sangat luar biasa,” jelas Dino.
Menurut Dino yang mewakili APMI juga pecinta musik lainnya, ia mendorong pemerintah untuk membuat kebijakan yang positif bagi industri terkait dengan pelaksanaan sebuah acara musik.
Apalagi, industri seni pertunjukan musik di Indonesia baru saja bangkit setelah dua tahun terpaksa hiatus lantatan wanah corona.
“Sejak pertengahan tahun kita bisa menyaksikan bangkitnya industri ini, dilihat dari munculnya berbagai festival dan konser di seluruh penjuru Indonesia,” tambah Dino.
Dino benar, tak bijak rasanya perizinan dipersulit hanya karena gagalnya satu festival yang hanya memikirkan keuntungan besar, tanpa memikirkan keselamatan para penontonnya.
Dan sudah saatnya promotor berpikir jika pergelaran musik hendaknya tak hanya menjadikan penonton komoditi semata, tapi ada hal yang lebih besar: musik hendaknya melahirkan kebahagiaan, bukan air mata.
Kita tentu tak ingin ada festival musik yang menyebabkan banyaknya korban jiwa seperti tragedi Kanjuruhan, bukan? Mari berbenah. (RIO JO WERRY)
Baca Juga: Penyanyi Asal Indonesia Raymond Pardamean Juarai Festival Musik Road to Yalta 2023 di Moskow
festival musik berdendang bergoyang festival musik ditunda benang kusut festival musik
Cawagub 02 Fatmawati Dua Bulan Keliling 24 Kabupat...
Kampanye Akbar 02 Andalan Hati, Panglima Dozer: Su...
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...