CARITAU BANDUNG - Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum menyebutkan, dengan sistem penanganan banjir yang dilakukan, luasan banjir di Bandung Selatan, yakni daerah Dayeuhkolot, Baleendah dan beberapa daerah lainnya telah berkurang dan tinggal 72 hektare.
"Dengan sistem yang dilakukan, banjir di Citarum hulu Baleendah, Dayeuhkolot, Andir, telah tertangani 81 persen. Dari 732 hektare area banjir, sekarang tinggal 72 hektare," kata Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Bastari di Kabupaten Bandung, Selasa (2/1/2023).
Bastari menjelaskan, untuk kolam retensi berfungsi sebagai pemecah aliran dan penampungan air dari Citarum ketika debit air tinggi dan tidak bisa melaju lancar karena banyaknya debit air yang berpotensi menyebabkan banjir, untuk kemudian dipompa kembali ke titik Citarum yang lebih rendah.
Baca Juga: Banjir di Kudus Meluas
"Kami juga menambah lagi di tahun 2023, yakni pompa Cibugel dan Cigede. Untuk beberapa daerah yang rendah kita tambah pompanya sehingga air bisa terpompa ketika Sungai Citarum tinggi dan hujan lebat di Bandung (hulu Cikapundung), itulah juga fungsi kolam retensi," ucapnya.
Sementara Oxbow Rancamanyar, dijelaskan Bastari, adalah kegiatan yang tengah dijalankan untuk mengembalikan tampungan-tampungan air di bekas kelokan sungai lama Citarum yang 30 tahun lalu terdampak normalisasi, hingga diokupansi warga dan jadi tempat membuang sampah.
"Nah ini kita kembalikan, revitalisasi menjadi tampungan air yang juga bisa bermanfaat untuk menampung banjir yang tampungan airnya bisa untuk pariwisata sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar semaksimal mungkin," ucapnya, dilansir dari Antara.
Dengan sistem yang dilakukan, Bastari mengungkapkan bahwa masyarakat yang selama 20 tahun mengalami banjir bahkan tak jarang harus menunggu sampai sebulan untuk surut penuh, kini hanya memerlukan waktu paling lama satu hari bahkan bisa beberapa jam saja, dan itu pun dengan kedalaman di bawah satu meter.
"Tadi disampaikan oleh warga di Kelurahan Andir (Kabupaten Bandung), selama 20 tahun sering terjadi banjir, surutnya lama bisa berbulan-bulan, tapi sekarang bisa dilihat, banjir dalam hitungan jam atau paling lama menyeberang hari. Dalam satu hari sudah bisa kita kendalikan, surutkan airnya dengan bantuan pompa," tuturnya.
Meski demikian, ia mengungkapkan untuk menyelesaikan persoalan banjir di hulu Citarum bahkan di sepanjang aliran Citarum, dibutuhkan kerja sama dan kesadaran semua pihak mulai dari kesadaran terkait tidak membuang sampah dan limbah ke Citarum yang menyebabkan hambatan aliran, sampai kebijakan agar tidak menjadikan Citarum sebagai pembuangan drainase limbah domestik.
"Karena saluran-saluran menyebabkan bocoran dari aliran Citarum yang jauh dari kolam retensi, ini perlu kerja sama semua pihak," tuturnya.
Diketahui, Indonesia termasuk Jawa Barat telah memasuki musim hujan sejak akhir 2023.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut puncak musim hujan diperkirakan akan berlangsung sampai pertengahan Februari atau akhir Februari 2024, meskipun tidak terjadi bersamaan.
Berdasarkan analisis zona musim (ZOM) juga diketahui 52 persen wilayah Indonesia sudah masuk musim hujan. Di Kalimantan pada khususnya, curah hujan yang tinggi di berbagai wilayah diproyeksikan terjadi pada Januari sampai April. (IRN)
Baca Juga: Siaga Banjir di Pintu Air Manggarai
BBWS CItarum sungai citarum banjir Banjir Citarum Banjir di Bandung Banjir Baleendah Banjir Daeyeuh Kolot
Cara Upgrade Skill Gaming dengan Samsung Galaxy A1...
Masuk Minggu Tenang, Pj Teguh Pastikan Jakarta Ber...
Cawagub 02 Fatmawati Dua Bulan Keliling 24 Kabupat...
Kampanye Akbar 02 Andalan Hati, Panglima Dozer: Su...
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...